1 Raja-Raja 21:12

"Maka disuruhnya orang mengabarkan kepada Izebel: "Naboth sudah dilempari orang dengan batu sampai mati."

Kisah ini berasal dari kitab 1 Raja-Raja 21:12, yang mencatat peristiwa tragis yang terjadi di kerajaan Israel. Ayat ini secara gamblang menggambarkan puncak kekejaman dan ketidakadilan yang dilakukan oleh Izebel, istri Raja Ahab, demi memenuhi keinginan suaminya yang menginginkan kebun anggur Nabot. Peristiwa ini bukan sekadar cerita sejarah, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang kebejatan kekuasaan dan pentingnya kebenaran yang teguh.

Nabot, seorang pria jujur dan saleh, memiliki kebun anggur yang terletak di sebelah istana Ahab. Sang raja sangat menginginkannya sebagai taman sayuran, namun Nabot dengan tegas menolak untuk menjual atau menukarnya, karena kebun itu adalah warisan keluarganya. Penolakan ini memicu kemarahan besar dalam diri Izebel, seorang putri Fenisia yang memiliki sifat arogan dan tidak mengenal takut akan Tuhan.

Dalam keserakahannya, Izebel merancang sebuah rencana jahat. Ia mengirim surat dengan meterai raja kepada para tua-tua dan pemuka-pemuka kota Nabot. Surat itu memerintahkan mereka untuk mengadakan hari puasa, mendudukkan Nabot di tempat terhormat, lalu mendatangkan dua orang saksi dusta untuk memberatkannya dengan tuduhan penghujatan terhadap Allah dan raja. Dengan tuduhan yang mengerikan itu, Nabot pun dihukum mati dengan cara dilempari batu.

Ayat 1 Raja-Raja 21:12 ini adalah laporan yang disampaikan kepada Izebel mengenai keberhasilan rencana jahatnya. Kata-kata yang singkat namun penuh dengan konotasi kelam. "Naboth sudah dilempari orang dengan batu sampai mati." Ini menandakan bahwa misi pembunuhan telah selesai dilaksanakan. Kebun anggur yang didambakan Ahab kini bebas untuk diambil alih.

Namun, kegembiraan sementara yang dirasakan oleh Izebel dan Ahab tidaklah berlangsung lama. Tindakan keji mereka tidak luput dari pandangan Tuhan. Elia, nabi Tuhan yang gagah berani, diutus untuk menghadap Ahab. Melalui Elia, Tuhan menyatakan penghakiman-Nya atas kejahatan mereka. Elia meramalkan bahwa anjing-anjing akan menjilat darah Ahab di tempat yang sama di mana mereka menjilat darah Nabot, dan keturunan Ahab akan dibinasakan. Nubuat ini menjadi kenyataan, menunjukkan bahwa keadilan Tuhan pasti akan ditegakkan, meskipun terkadang membutuhkan waktu.

Simbol keadilan dan penghakiman ilahi

Kisah Nabot dan Izebel dalam 1 Raja-Raja 21:12 mengingatkan kita bahwa meskipun kejahatan mungkin tampak merajalela dan ketidakadilan seolah-olah menang, ada pengawasan ilahi yang senantiasa bekerja. Tuhan melihat segala sesuatu, dan Dia akan menghakimi setiap perbuatan. Pelajaran ini tetap relevan hingga kini, mendorong kita untuk selalu hidup dalam kebenaran dan keadilan, serta memiliki keyakinan bahwa kebaikan pada akhirnya akan mengalahkan kejahatan.

Lebih dari sekadar perampasan harta, kisah ini adalah tentang pengabaian hukum Tuhan demi nafsu pribadi. Ini adalah peringatan keras bagi para pemimpin dan semua orang untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan dan melangkahi hak orang lain. Keberanian Elia dalam menyampaikan kebenaran, meskipun berhadapan dengan raja dan ratu yang berkuasa, juga menjadi teladan bagi kita untuk tidak takut bersuara ketika melihat ketidakadilan.