1 Raja-raja 21:1-29 & 1 Raja-raja 22:1-53
Pasal 21 dari Kitab 1 Raja-raja menyajikan sebuah episode kelam yang melibatkan Raja Ahab dari Kerajaan Israel Utara dan istrinya yang licik, Izebel. Ahab sangat menginginkan kebun anggur milik Nabot, seorang Yizreel, yang terletak di sebelah istananya. Namun, Nabot menolak untuk menjual atau menukarnya, karena kebun itu adalah warisan leluhurnya.
Izebel, melihat kekecewaan suaminya, mengambil inisiatif yang kejam. Ia merencanakan cara untuk mendapatkan kebun itu dengan cara yang tidak sah. Dengan menggunakan wewenang Ahab, Izebel memfitnah Nabot dengan tuduhan menghujat Allah dan raja. Berdasarkan kesaksian palsu dari orang-orang yang disuruhnya, Nabot dan anak-anaknya dijatuhi hukuman mati dengan dilempari batu.
Setelah Nabot tewas, Ahab segera turun ke kebun anggur itu untuk mengambilnya. Namun, di tengah keberhasilannya yang diperoleh dengan cara yang tidak adil, Tuhan mengutus Nabi Elia untuk menghadapi Ahab. Elia memperingatkan Ahab tentang murka Tuhan atas kejahatannya, menubuatkan bahwa keturunan Ahab akan dibasmi, dan tubuhnya akan dijilat anjing di tempat Nabot dibunuh, serta tubuh Izebel akan dimakan anjing di dinding Yizreel.
Ahab, meskipun awalnya merendahkan diri di hadapan Tuhan setelah mendengar nubuat Elia, tetap saja tidak sepenuhnya bertobat. Rasa takut akan hukuman menundanya, tetapi hati yang sebenarnya masih berpegang pada keserakahan dan kejahatan.
Pasal 22 beralih ke peristiwa lain yang juga berkaitan dengan kejatuhan Ahab. Raja Yehosafat dari Yehuda datang mengunjungi Ahab di Samaria. Ahab mengusulkan sebuah rencana untuk merebut Ramot-Gilead dari tangan Aram. Untuk meyakinkan Yehosafat, Ahab mengumpulkan 400 nabi yang kemudian memberikan nubuat yang menguntungkan Ahab, mengatakan bahwa mereka akan menang.
Namun, Mikha bin Yimla, seorang nabi sejati Tuhan, dipanggil. Awalnya, ia bersikap sinis, namun akhirnya ia menyampaikan nubuat yang sebenarnya dari Tuhan. Mikha menubuatkan kekalahan total Israel dan kematian Ahab. Nubuat ini sangat tidak populer di kalangan istana, sehingga Mikha dipenjara.
Meskipun diperingatkan, Ahab tetap bersikeras untuk pergi berperang, bahkan mencoba menyamar agar tidak dikenali. Namun, takdir ilahi tidak dapat dihindari. Seorang prajurit Aram menembakkan panah secara acak, dan panah itu mengenai tepat di antara sambungan baju zirahnya. Ahab terluka parah dan meninggal pada sore hari. Darahnya menetes dari lukanya, dan sesuai dengan nubuat Elia, keretanya dicuci di kolam Samaria, dan anjing menjilati darahnya di sana.
Kisah Ahab, Nabot, dan Mikha ini menjadi pelajaran penting tentang keadilan ilahi, bahaya keserakahan, dan konsekuensi dari menolak kebenaran Tuhan. Ini menunjukkan bahwa tidak ada kejahatan yang tersembunyi dari pandangan Tuhan dan bahwa nubuat-Nya pasti akan digenapi, meskipun mungkin ada jeda waktu.