1 Raja-Raja 3:11 - Hikmat Ilahi yang Berharga

"Oleh sebab itu Allah berfirman kepadanya: "Oleh karena engkau memohon hal yang demikian dan tidak memintakan dirimu kekayaan atau kemuliaan atau nyawa musuh-musuhmu, atau juga panjang umur, tetapi memintakan kebijaksanaan bagimu untuk dapat mendengarkan hukum.""
Hikmat untuk Mendengar

Firman Tuhan dalam 1 Raja-Raja 3:11 mencatat momen krusial dalam kehidupan Salomo, raja Israel. Setelah bertahta, ia pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, dan pada malam harinya, Allah menampakkan diri kepadanya dalam mimpi, menawarkan sesuatu yang Salomo inginkan. Jawaban Salomo sungguh luar biasa, mencerminkan kedalaman pemahamannya akan tanggung jawab kekuasaannya. Ia tidak meminta harta benda berlimpah, tidak mendambakan kehormatan besar di mata dunia, apalagi musuh yang ia taklukkan atau umur panjang yang ia idamkan. Permohonan Salomo murni terfokus pada satu hal: hikmat untuk dapat memerintah dengan bijaksana, khususnya dalam hal mendengarkan dan menafsirkan hukum Tuhan.

Permintaan Salomo bukanlah sekadar keinginan biasa. Ini adalah sebuah pengakuan atas keterbatasannya sebagai manusia dan pengakuan atas kedaulatan serta kebaikan Allah. Ia menyadari bahwa memerintah sebuah bangsa yang besar dan kompleks membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan atau kecerdasan alami. Dibutuhkan pengertian ilahi, kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah, dan hati yang siap mendengarkan petunjuk Tuhan. Ayat ini secara gamblang menunjukkan prioritas Salomo yang sungguh mulia, sebuah gambaran ideal bagi setiap pemimpin, bahkan bagi setiap individu dalam kehidupan sehari-hari.

Respon Allah terhadap permohonan Salomo juga patut menjadi renungan. Allah tidak hanya mengabulkan permintaannya, tetapi juga menambahkan berkat lain: kekayaan dan kemuliaan yang tidak pernah ia minta. Ini menunjukkan betapa Allah menghargai hati yang tulus dan keinginan untuk mencari kebaikan yang lebih tinggi. Keinginan untuk mendengarkan hukum, atau dalam konteks yang lebih luas, kehendak Tuhan, adalah kunci untuk menerima berkat-berkat-Nya. Allah melihat dalam diri Salomo sebuah keunikan, sebuah motivasi yang tidak egois, yang mendatangkan perkenanan ilahi.

Ayat ini mengajarkan kita bahwa hikmat sejati bukanlah tentang akumulasi pengetahuan atau kecerdasan duniawi semata. Hikmat sejati berakar pada takut akan Tuhan dan keinginan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Meminta hikmat untuk mendengarkan adalah sebuah sikap kerendahan hati dan ketergantungan kepada sumber hikmat yang tertinggi, yaitu Allah. Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh dengan informasi, kemampuan untuk mendengarkan dengan bijak—mendengarkan suara Tuhan, mendengarkan suara orang lain, dan mendengarkan hati nurani—adalah kualitas yang sangat berharga.

1 Raja-Raja 3:11 menjadi pengingat abadi akan pentingnya memprioritaskan kebijaksanaan ilahi di atas segala keinginan duniawi. Salomo, dengan permintaannya yang sederhana namun mendalam, memperoleh reputasi sebagai raja yang paling bijaksana. Kisahnya mengajak kita untuk merefleksikan apa yang sebenarnya kita inginkan dan minta dalam hidup kita. Apakah kita mencari hal-hal yang fana, atau kita merindukan hikmat yang akan menuntun kita pada jalan yang benar, memuliakan Tuhan, dan membawa berkat bagi diri sendiri dan sesama? Mengarahkan hati dan pikiran kita untuk mendengarkan firman-Nya adalah langkah awal menuju hikmat yang sesungguhnya, hikmat yang datang dari Allah.