1 Raja-raja 3:17: Hikmat dalam Membedakan

"Lalu berkatalah perempuan yang pertama itu: 'Ya tuanku, anak yang lahir bagi perempuan ini adalah anakku, tetapi anak yang mati inilah anaknya.' Tetapi perempuan yang kedua berkata: 'Bukan, anak yang hidup ini adalah anakku, dan anak yang mati itulah anaknya.'"
Simbol Keadilan dan Kebijaksanaan

Kisah yang tercatat dalam 1 Raja-raja 3:17 menyajikan salah satu momen paling dramatis dan penuh hikmat dalam sejarah. Ayat ini menampilkan perdebatan sengit antara dua perempuan yang mengaku sebagai ibu dari seorang bayi hidup. Konteksnya adalah ketika Raja Salomo, yang baru saja naik takhta, dihadapkan pada sebuah kasus yang sangat rumit, sebuah ujian yang akan menunjukkan kedalaman kebijaksanaan yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Kedua perempuan ini adalah pelacur yang tinggal bersama di satu rumah. Salah satu dari mereka melahirkan bayi laki-laki, dan beberapa hari kemudian, perempuan yang satunya lagi juga melahirkan bayi laki-laki. Namun, malapetaka terjadi ketika salah satu bayi meninggal saat tidur. Perebutan pun timbul: masing-masing perempuan mengklaim bayi yang hidup sebagai anaknya, sementara menuduh yang lain sebagai pemilik bayi yang mati.

Dialog dalam 1 Raja-raja 3:17 memperlihatkan betapa membingungkannya situasi ini bagi Raja Salomo. Masing-masing perempuan bersikeras dengan klaimnya, menyajikan argumen yang saling bertentangan. Tanpa saksi lain dan tanpa bukti fisik yang jelas, Salomo berada dalam posisi yang sangat sulit. Keputusan yang salah bisa berakibat fatal bagi salah satu pihak, dan yang lebih penting, dapat merusak reputasi keadilan di bawah pemerintahannya.

Kisah ini bukan sekadar tentang bagaimana seorang raja membuat keputusan. Ini adalah pengingat akan hikmat dalam membedakan. Seringkali, dalam kehidupan, kita dihadapkan pada situasi di mana kebenaran tampak samar, di mana ada dua sisi cerita yang saling bersitegang, dan di mana sulit untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kemampuan untuk melihat melampaui klaim emosional, untuk menggali motif yang lebih dalam, dan untuk menemukan keadilan yang sejati adalah sebuah anugerah yang sangat berharga.

Salomo, dalam kebijaksanaannya, tidak langsung memilih salah satu pihak. Ia mengajukan solusi yang mengejutkan: membelah bayi yang hidup menjadi dua. Solusi ini, meskipun terdengar kejam, adalah sebuah taktik psikologis yang cerdas. Reaksi dari kedua perempuanlah yang akan mengungkap kebenaran. Perempuan yang mengasihi bayinya dengan tulus akan lebih memilih menyerahkan bayinya daripada melihatnya dibunuh. Sebaliknya, perempuan yang tidak memiliki kasih sejati mungkin akan setuju dengan keputusan itu, atau menunjukkan keputusasaan yang berbeda.

Dan benar saja, perempuan yang pertama, yang menunjukkan kasih keibuan yang sejati, segera memohon agar bayinya diberikan kepada perempuan lain, asalkan bayi itu tidak dibunuh. Ini adalah bukti cinta yang altruistik. Sebaliknya, perempuan kedua hanya peduli pada keinginannya sendiri, bahkan jika itu berarti membunuh bayi yang tidak ia cintai.

Melalui hikmat Salomo, kebenaran terungkap dengan jelas. Kisah 1 Raja-raja 3:17 mengajarkan kita tentang pentingnya observasi yang tajam, pemahaman mendalam tentang sifat manusia, dan keberanian untuk mengambil tindakan yang mungkin tidak populer demi keadilan. Ini adalah pelajaran abadi tentang bagaimana kebijaksanaan sejati terwujud dalam kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah, bahkan dalam keadaan yang paling rumit sekalipun, dan seringkali dalam momen-momen tertekan, justru kasih dan pengorbananlah yang menjadi penentu kebenaran.