"Hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kau pilih, umat yang begitu banyak, sehingga tidak dapat dihitung dan tidak dapat diselidiki karena banyaknya. Maka, berilah hamba-Mu hati yang faham untuk menghakimi umat-Mu dan untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang begitu besar ini?"
Kisah 1 Raja-Raja 3:8 mencatat sebuah momen krusial dalam kehidupan Raja Salomo, putra Daud. Pada awal pemerintahannya, setelah naik takhta menggantikan ayahnya, Salomo mendatangi Gibeon untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Di sana, dalam sebuah penglihatan malam, TUHAN menampakkan diri kepadanya dan menawarkan apa pun yang diinginkannya. Ini adalah sebuah kesempatan yang luar biasa, sebuah titik balik yang bisa membentuk seluruh masa depan kerajaannya.
Dalam menghadapi tawaran ilahi ini, Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, atau umur panjang. Sebaliknya, ia memohon sesuatu yang jauh lebih berharga: "hati yang faham untuk menghakimi umat-Mu dan untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat." Permohonan ini menunjukkan kedewasaan rohani dan pemahaman mendalam tentang tanggung jawab besar yang diembannya sebagai seorang raja. Ia menyadari bahwa memerintah umat yang begitu banyak, "yang tidak dapat dihitung dan tidak dapat diselidiki karena banyaknya," memerlukan lebih dari sekadar kekuatan militer atau kebijaksanaan duniawi. Ia membutuhkan karunia ilahi untuk membuat keputusan yang adil dan benar.
Doa Salomo dalam 1 raja raja 3 8 adalah cerminan dari kerendahan hati dan kesadaran akan keterbatasan manusia. Ia mengakui bahwa tugasnya berat dan ia tidak mampu menjalankannya sendirian. Permintaannya bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kebaikan seluruh bangsa Israel. Keinginan untuk "membedakan antara yang baik dan yang jahat" adalah inti dari keadilan dan kebijaksanaan seorang pemimpin. Tanpa kemampuan ini, seorang pemimpin berisiko membuat keputusan yang merugikan rakyatnya, menyebabkan ketidakadilan, dan bahkan membawa kehancuran.
TUHAN sangat berkenan dengan permohonan Salomo yang tulus dan tanpa pamrih ini. Sebagai respons, TUHAN tidak hanya mengabulkan permintaannya akan hati yang faham, tetapi juga berjanji akan memberinya kekayaan dan kemuliaan yang tidak akan dimiliki oleh raja-raja lain sebelumnya maupun sesudahnya. Ini adalah janji yang luar biasa, menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang didasari ketakutan akan TUHAN dan keinginan untuk melayani adalah harta yang paling berharga.
Kisah 1 raja raja 3 8 mengajarkan kepada kita arti kepemimpinan sejati. Pemimpin yang efektif bukanlah mereka yang haus kekuasaan atau kekayaan, melainkan mereka yang rendah hati, yang menyadari tanggung jawab mereka, dan yang memohon hikmat untuk melayani umatnya dengan adil. Permohonan Salomo menjadi teladan bagi siapa saja yang berada dalam posisi kepemimpinan, baik dalam skala besar maupun kecil, untuk memprioritaskan hikmat ilahi dalam setiap keputusan yang diambil. Hati yang faham dan mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat adalah kunci untuk membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan diberkati.