"Jikalau ia tidak melumuri mezbah itu dengan minyak, ia tidak akan membiarkannya ditembusnya."
Ayat dari 1 Raja-raja 6:22 ini mungkin terdengar ringkas, namun menyimpan makna yang mendalam mengenai kekudusan dan kehadiran Allah dalam kehidupan umat-Nya. Perikop ini menceritakan tentang pembangunan Rumah Tuhan, yaitu Bait Suci yang megah, di Yerusalem oleh Raja Salomo. Bait Suci ini bukan sekadar bangunan fisik yang indah, melainkan representasi tempat Allah berdiam di tengah umat-Nya. Di dalamnya, terdapat banyak detail dan aturan yang menggambarkan bagaimana seharusnya manusia mendekati Sang Pencipta yang Mahakudus.
Fokus pada mezbah dalam ayat ini sangat penting. Mezbah adalah tempat persembahan korban. Dalam konteks Perjanjian Lama, mezbah adalah jembatan antara dosa manusia dan kekudusan Allah. Melalui persembahan korban, dosa umat ditebus, dan mereka dapat mendekat kepada Allah. Ayat 6:22 secara spesifik menyebutkan mezbah utama yang digunakan untuk korban bakaran. Disebutkan bahwa mezbah itu harus dilumuri dengan minyak.
Apa arti pelumuran minyak ini? Minyak dalam tradisi Alkitab seringkali melambangkan Roh Kudus, pemeliharaan, dan pengudusan. Ketika mezbah dilumuri minyak, itu menandakan bahwa tempat persembahan itu dikuduskan, dipersiapkan secara khusus untuk berhadapan dengan Allah. Ini bukan hanya masalah ritual, tetapi juga simbolisasi dari kebutuhan akan pemulihan dan pengudusan agar dapat berkomunikasi dengan Allah. Tanpa pengudusan ini, yaitu tanpa "dilumuri minyak," mezbah itu sendiri, dan oleh karena itu persembahan di atasnya, tidak akan diterima oleh Allah. Ini mengajarkan bahwa tidak ada pendekatan kepada Allah yang bisa dilakukan atas dasar kekuatan atau cara manusia semata, melainkan harus melalui sarana yang telah ditetapkan-Nya dan dengan kesucian yang Ia berikan.
Konteks dari ayat ini menekankan bahwa Allah sangat memperhatikan detail dalam ibadah dan pendekatan kepada-Nya. Keberadaan Bait Suci dan setiap elemen di dalamnya, termasuk mezbah dan cara penyuciannya, mencerminkan sifat Allah yang kudus dan standar-Nya yang tinggi. Raja Salomo, yang diberi hikmat oleh Allah, dengan cermat melaksanakan setiap instruksi yang diberikan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Dalam mendekati Allah, baik melalui doa pribadi, ibadah komunal, maupun melalui kehidupan sehari-hari, kita perlu menyadari kekudusan-Nya. Pelumuran minyak pada mezbah mengingatkan kita bahwa kita sendiri perlu dikuduskan oleh Roh Kudus, agar hubungan kita dengan Allah menjadi murni dan berkenan.
Lebih jauh lagi, ayat ini bisa diinterpretasikan secara rohani dalam terang Perjanjian Baru. Jika mezbah dalam Bait Suci melambangkan tempat persembahan korban, maka dalam iman Kristen, Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung dan korban yang sempurna itu sendiri. Pelumuran minyak dapat melambangkan pengurapan Kristus oleh Roh Kudus untuk tugas penebusan-Nya. Tanpa pengurapan dan pengorbanan-Nya, tidak ada akses bagi kita kepada Bapa. Pelumuran mezbah oleh minyak adalah sebuah janji bahwa Allah menyediakan cara bagi umat-Nya untuk mendekat kepada-Nya, sebuah cara yang kudus dan kekal, yaitu melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, 1 Raja-raja 6:22 bukan hanya catatan sejarah pembangunan Bait Suci, tetapi juga sebuah bayangan dari kebenaran kekal mengenai akses kita kepada Allah melalui pengudusan dan pemeliharaan ilahi.