1 Raja-Raja 6:8

"Adapun pintu ke bilik tengah itu ada di sisi kanan rumah itu, dan dari bilik tengah orang dapat naik ke bilik yang atas, ke bilik yang sebelah."

Bilik Tengah Bilik Atas

Pondasi Kuat, Harapan Kekal

Ayat ini, 1 Raja-Raja 6:8, mungkin terdengar seperti deskripsi teknis mengenai tata letak sebuah bangunan. Namun, seperti banyak bagian dalam Kitab Suci, di balik kata-kata literalnya tersembunyi makna yang mendalam dan relevan bagi kehidupan rohani kita. Ayat ini berbicara tentang pembangunan Bait Suci Salomo yang megah, sebuah karya arsitektur yang simbolis, yang menggambarkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Perhatikan bahwa sebelum Salomo membangun, ia mendapat petunjuk yang terperinci, termasuk bagaimana setiap bagian dari bangunan itu harus disusun.

Fokus pada "pintu ke bilik tengah" dan "naik ke bilik yang atas" mengisyaratkan adanya hirarki dan sebuah proses. Bait Suci bukanlah sekadar bangunan fisik; ia adalah representasi spiritual. Bilik tengah sering dikaitkan dengan tempat yang lebih intim atau penting, sementara bilik atas menunjukkan tingkatan yang lebih tinggi, mungkin kedekatan yang lebih besar atau pemahaman yang lebih dalam. Yang menarik, pembangunan ini mengutamakan ketelitian dan urutan yang benar. Tidak ada langkah yang dilewati. Fondasi harus kokoh, struktur utama harus kuat, dan akses ke bagian yang lebih dalam harus terencana dengan baik.

Dalam konteks spiritual, gambaran ini mengajarkan kita tentang pentingnya membangun kehidupan iman kita di atas fondasi yang kokoh. Fondasi itu adalah Yesus Kristus, seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 3:11: "Karena [dalam] fondasi yang lain itu tidak seorangpun yang dapat meletakkan suatu fondasi yang lain dari pada yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." Sama seperti Bait Suci Salomo yang dibangun dengan perencanaan cermat, kehidupan iman kita juga membutuhkan perencanaan dan komitmen.

Ayat 1 Raja-Raja 6:8 juga menyoroti pentingnya proses pendewasaan rohani. Kita tidak bisa langsung mencapai "bilik atas" tanpa terlebih dahulu melalui "bilik tengah". Ini berarti ada tahapan-tahapan dalam perjalanan iman kita. Kita belajar firman Tuhan, kita mengalami persekutuan, kita berdoa, dan melalui semua itu, kita tumbuh dalam pemahaman dan kedekatan dengan Allah. Pembangunan Bait Suci yang tidak tergesa-gesa, dengan setiap detail diperhitungkan, mengingatkan kita bahwa pertumbuhan rohani juga membutuhkan waktu, kesabaran, dan ketekunan.

Ketika kita membangun hidup kita berdasarkan prinsip-prinsip firman Tuhan, seperti Salomo membangun Bait Suci, kita sedang meletakkan fondasi yang kokoh. Pembangunan ini tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga agar Allah dapat berdiam di tengah-tengah kita. Harapan kita bukanlah pada kemegahan bangunan fisik, melainkan pada kehadiran Allah yang senantiasa menyertai. Sama seperti Bait Suci menjadi pusat ibadah dan tempat perjumpaan dengan Tuhan bagi bangsa Israel, demikian pula kehidupan kita yang dibangun di atas Kristus akan menjadi tempat kediaman Roh Kudus, yang memampukan kita untuk "naik" lebih tinggi dalam pengenalan akan Dia, dan memperluas pengaruh kebaikan-Nya ke sekeliling kita. Pembangunan yang teliti pada akhirnya akan menghasilkan tempat yang aman, terstruktur, dan penuh berkat.