"Juga ia membuat sepuluh serambi, yang satu berhadapan dengan yang lain, masing-masing enam hasta panjangnya; enam belas hasta lebarnya, berhadapan satu sama lain. Dan ia membuat serambi-serambi di hadapan pelataran itu; lima serambi di sebelah kiri dan lima serambi di sebelah kanan."
Kisah pembangunan Bait Suci oleh Raja Salomo merupakan narasi yang memukau tentang ketekunan, perencanaan yang matang, dan dedikasi yang mendalam untuk tujuan ilahi. Ayat 1 Raja-Raja 7:6 memberikan detail spesifik mengenai elemen arsitektur yang dirancang untuk melengkapi kemegahan Bait Suci, yaitu serangkaian serambi. Frasa "sepuluh serambi, yang satu berhadapan dengan yang lain" menunjukkan adanya sebuah struktur yang terorganisir dan simetris. Ukuran yang disebutkan, "masing-masing enam hasta panjangnya; enam belas hasta lebarnya," memberikan gambaran tentang proporsi yang cukup besar, menyoroti skala proyek yang undertaken.
Serambi-serambi ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi kemungkinan besar memiliki fungsi praktis yang signifikan. Dalam konteks ibadah dan kehidupan di sekitar Bait Suci, serambi-serambi ini dapat berfungsi sebagai area untuk berkumpul, belajar, beristirahat, atau bahkan sebagai tempat penyimpanan sementara. Penempatan "di hadapan pelataran itu" menyiratkan bahwa serambi-serambi ini membentuk sebuah lapisan pelindung atau penghubung antara area luar dan interior yang lebih suci. Gagasan bahwa ada "lima serambi di sebelah kiri dan lima serambi di sebelah kanan" semakin menegaskan prinsip keseimbangan dan keteraturan yang menjadi ciri khas rancangan Salomo.
Di luar aspek fisiknya, pembangunan dan penataan Bait Suci, termasuk serambi-serambi ini, sarat dengan makna spiritual. Setiap detail dalam rancangan Bait Suci membawa pesan simbolis yang mengajarkan tentang kekudusan, kehadiran Allah, dan hubungan umat-Nya dengan Sang Pencipta. Serambi-serambi yang beraturan ini dapat diartikan sebagai ruang bagi umat untuk mendekat kepada Allah, untuk merenung, dan untuk bersekutu dalam suasana yang lebih teratur dan terlindungi.
Keberadaan serambi-serambi ini juga mencerminkan kebutuhan manusia akan tempat perlindungan dan koneksi. Di tengah hiruk pikuk kehidupan, Bait Suci dan fasilitas di sekitarnya menawarkan titik fokus spiritual, tempat di mana hati dapat tenang dan pikiran diarahkan kepada hal-hal yang kekal. Ayat 1 Raja-Raja 7:6, meskipun terdengar seperti deskripsi konstruksi semata, sebenarnya membuka jendela ke dalam pemikiran dan tujuan di balik pembangunan rumah Allah, yang dirancang bukan hanya untuk keindahan, tetapi juga untuk fungsi dan pertumbuhan rohani umat. Keteraturan, simetri, dan fungsi dari serambi-serambi ini menjadi pengingat akan keteraturan dan kasih karunia ilahi yang selalu tersedia bagi mereka yang mencari-Nya.
Rancangan Salomo sering kali menjadi contoh bagaimana elemen-elemen fisik dapat merefleksikan kebenaran rohani yang lebih dalam. Serambi-serambi ini bukan hanya tambahan, tetapi bagian integral dari keseluruhan desain yang bertujuan untuk memfasilitasi ibadah dan pengalaman keagamaan yang bermakna.