Mazmur 105:22 adalah sebuah ayat yang ringkas namun sarat makna, berbicara tentang bagaimana Allah menempatkan seseorang untuk memiliki otoritas dan tanggung jawab. Ayat ini menyoroti hubungan timbal balik antara pemimpin dan hukum ilahi, serta pentingnya kepatuhan terhadap kehendak Tuhan. Dalam konteks sejarah Israel yang digambarkan dalam Mazmur 105, ayat ini seringkali merujuk pada peran Yusuf di Mesir, yang meskipun mengalami penindasan, akhirnya ditempatkan oleh Allah pada posisi strategis untuk melindungi bangsanya dan menjaga umat-Nya.
Pesan utama dari ayat ini melampaui kisah sejarah spesifik. Ia mengajarkan kita bahwa setiap posisi kepemimpinan, baik dalam skala besar maupun kecil, seharusnya diisi dengan kesadaran akan tanggung jawab ilahi. Ketika Allah "menaruh" seseorang sebagai penguasa, itu bukan sekadar penunjukan kekuasaan duniawi semata. Sebaliknya, itu adalah mandat untuk memimpin dengan hikmat, keadilan, dan kepatuhan pada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Pemimpin yang sejati adalah mereka yang memahami bahwa otoritas mereka berasal dari Sumber yang lebih tinggi dan mereka bertanggung jawab untuk menegakkan kebenaran Tuhan.
Lebih jauh, ayat ini mengajarkan pentingnya "menjaga titah-Nya dan berpegang pada hukum-Nya." Ini bukan hanya tugas bagi pemimpin, tetapi juga bagi seluruh umat. Kepatuhan terhadap hukum Tuhan memastikan tatanan, keadilan, dan kemakmuran dalam masyarakat. Ketika pemimpin dan rakyat bersama-sama mengutamakan kehendak Tuhan, mereka menciptakan fondasi yang kuat untuk kehidupan yang diberkati dan berkelanjutan. Pengabaian terhadap prinsip-prinsip ilahi akan selalu membawa konsekuensi negatif, baik bagi individu maupun kolektif.
Memahami Mazmur 105:22 membantu kita untuk mengkaji kembali konsep kepemimpinan dan otoritas di zaman modern. Dalam dunia yang seringkali memprioritaskan kekuatan semata, ayat ini mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang sejati adalah yang berakar pada integritas dan ketaatan kepada Tuhan. Ini adalah panggilan untuk semua orang yang memegang posisi pengaruh untuk bertindak dengan rendah hati, bijaksana, dan selalu mengingat bahwa mereka adalah pelayan yang diutus untuk mewujudkan kehendak ilahi di dunia. Kebijaksanaan yang datang dari ketaatan pada hukum Tuhan adalah kunci untuk memimpin dengan efektif dan membawa berkat bagi semua.
Ilustrasi oleh AI.