Dan mengenai mezbah-mezbah yang telah dibuat orang di tempat tinggi yang merusak ketentraman kota Yerusalem dan membinasakan nama baiknya, maka raja memerintahkan untuk membongkar mezbah-mezbah itu, menumpuknya di atas bukit-bukit dan menghancurkannya.
Simbol pembersihan dan pemulihan
Ayat 1 Raja-raja 9:9 menceritakan sebuah tindakan tegas yang diambil oleh raja Salomo. Setelah menyelesaikan pembangunan Bait Suci yang megah dan mempersembahkannya kepada Tuhan, ia tidak berhenti di situ. Kepekaan rohaninya membawanya untuk melihat dan menindaklanjuti praktik-praktik ibadah yang menyimpang dan merusak. Ia menemukan adanya tempat-tempat tinggi di Yerusalem yang digunakan untuk penyembahan berhala atau praktik-praktik yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan.
Keputusan Salomo untuk membongkar, menumpuk, dan menghancurkan mezbah-mezbah tersebut menunjukkan komitmennya terhadap kemurnian ibadah kepada Allah. Tindakan ini bukan sekadar penghancuran fisik, tetapi juga penegasan kembali kedaulatan Tuhan dan perintah-Nya. Mezbah-mezbah yang merusak ketentraman kota dan membinasakan nama baiknya adalah simbol dari ketidaktaatan dan penyimpangan spiritual yang harus diatasi.
Konteks ayat ini sangat penting. Hal ini terjadi setelah Tuhan menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya, memberikan janji sekaligus peringatan (1 Raja-raja 9:1-9). Tuhan berjanji akan mendiami Bait Suci dan mendengar doa umat-Nya, asalkan mereka menaati perintah-Nya. Sebaliknya, jika mereka berpaling dan menyembah allah lain, Tuhan akan membuang mereka. Ayat 9 ini menjadi salah satu bukti nyata dari respons Salomo terhadap peringatan tersebut, sebuah tindakan proaktif untuk membersihkan lingkungan rohani Israel.
Pesan yang terkandung dalam 1 Raja-raja 9:9 sangat relevan bagi kita hari ini. Dalam kehidupan pribadi, komunitas, dan gereja, seringkali muncul berbagai "mezbah-mezbah" baru yang mengalihkan fokus kita dari ibadah yang murni kepada Tuhan. Ini bisa berupa keserakahan, ambisi yang tidak sehat, kebanggaan diri, perselisihan, atau bahkan kesibukan duniawi yang melalaikan prioritas rohani. Sama seperti Salomo yang membersihkan tempat-tempat tinggi, kita dipanggil untuk secara sadar memeriksa hati dan kehidupan kita, serta menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu hubungan kita dengan Tuhan dan mengikis kesaksian iman kita.
Tindakan pembersihan ini membutuhkan keberanian, ketegasan, dan hikmat. Kita tidak boleh kompromi dengan hal-hal yang jelas-jelas bertentangan dengan firman Tuhan. Memurnikan ibadah berarti mengembalikan fokus kita pada Kristus, menjunjung tinggi kebenaran-Nya, dan hidup dalam ketaatan yang tulus. Ini adalah proses berkelanjutan yang memerlukan kewaspadaan dan penyerahan diri yang terus-menerus kepada tuntunan Roh Kudus. Dengan demikian, kita dapat menjaga "ketentraman" dan "nama baik" kita di hadapan Tuhan, serta menjadi kesaksian yang otentik di tengah dunia.