1 Tawarikh 1:22

"Eber memperanakan Peleg. Nama Peleg ialah Peleg, sebab pada zamannya bumi terbagi-bagi."

Bumi

Kitab Tawarikh, khususnya pasal pertama, merupakan catatan silsilah yang panjang yang membawa kita kembali ke awal mula penciptaan. Di tengah deretan nama-nama yang mungkin terasa asing, muncul ayat ke-22 yang menyebutkan nama Eber dan anaknya, Peleg. Ayat ini tidak sekadar mencatat sebuah garis keturunan, tetapi juga memberikan sebuah keterangan yang sangat menarik: "Nama Peleg ialah Peleg, sebab pada zamannya bumi terbagi-bagi."

Pernyataan bahwa "bumi terbagi-bagi" pada zaman Peleg ini telah menjadi sumber perdebatan dan penafsiran selama berabad-abad. Beberapa pemahaman mencoba menghubungkannya dengan peristiwa Alkitabiah lain, seperti kisah Menara Babel yang dicatat dalam Kitab Kejadian. Dalam narasi tersebut, Tuhan mengacaukan bahasa manusia sehingga mereka tidak lagi saling memahami, yang berujung pada tersebarnya bangsa-bangsa ke seluruh bumi. Peristiwa ini secara alami akan menyebabkan pemisahan dan pembentukan kelompok-kelompok yang berbeda, seolah-olah "bumi terbagi-bagi".

Penting untuk diingat bahwa catatan silsilah dalam Tawarikh seringkali tidak hanya berfokus pada kronologi semata, tetapi juga pada makna teologis dan historis yang terkandung di dalamnya. Nama "Peleg" sendiri dalam bahasa Ibrani berarti "pembagian" atau "terbagi". Pemilihan nama ini untuk anaknya oleh Eber kemungkinan besar merupakan pengakuan atas peristiwa penting yang terjadi pada masa itu, sebuah momen yang membentuk tatanan dunia seperti yang mereka kenal.

Meskipun detail spesifik mengenai "pembagian bumi" ini tidak dijabarkan lebih lanjut dalam ayat ini, konteks sejarah yang lebih luas dari periode tersebut menunjukkan sebuah era perubahan besar bagi umat manusia. Dari satu bahasa dan satu permukiman, manusia mulai menyebar, membentuk budaya, dan bahasa yang berbeda. Ayat ini mengingatkan kita bahwa sejarah manusia, sebagaimana tercatat dalam Kitab Suci, adalah sebuah narasi dinamis yang penuh dengan peristiwa-peristiwa transformatif yang membentuk identitas dan penyebaran bangsa-bangsa.

Memahami ayat seperti 1 Tawarikh 1:22 mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita sampai pada kondisi dunia saat ini. Ia berbicara tentang awal mula pemisahan, penyebaran, dan pembentukan identitas yang berbeda di antara umat manusia. Ini adalah pengingat akan rencana Tuhan yang lebih besar, bahkan melalui peristiwa yang tampaknya memecah belah, yang pada akhirnya membawa pada keragaman yang kita lihat di seluruh dunia. Silsilah ini, meskipun sederhana, membawa beban sejarah dan makna yang mendalam.