1 Tawarikh 1:25

"Eber dan Peleg, Rehu dan Serug,:"

Menelusuri Jejak Leluhur: Makna 1 Tawarikh 1:25

Kitab Tawarikh dalam Alkitab adalah sebuah catatan sejarah yang sangat rinci, berfokus pada silsilah dan peristiwa penting dalam sejarah Israel. Ayat-ayat awal, seperti 1 Tawarikh 1:25, sering kali tampak seperti daftar nama yang sederhana. Namun, di balik setiap nama tersembunyi kisah, tradisi, dan akar dari bangsa yang besar.

Ayat 1 Tawarikh 1:25 secara spesifik menyebutkan nama-nama Eber dan Peleg, serta leluhur mereka berikutnya, Rehu dan Serug. Nama-nama ini bukan sekadar pengisi baris dalam silsilah. Mereka mewakili segmen penting dalam garis keturunan yang mengarah dari Nuh hingga Abraham, tokoh sentral dalam perjanjian Allah dengan umat-Nya.

Eber, yang namanya diyakini menjadi asal mula kata "Ibrani" (Hebrew), adalah figur penting. Ia adalah buyut dari Abraham. Keberadaan namanya di sini menegaskan koneksi langsung antara kelompok manusia pasca-Babel dengan keturunan yang akan dianugerahi janji ilahi. Ini menunjukkan bagaimana Tuhan terus bekerja melalui garis keturunan tertentu, memelihara rencana-Nya melalui generasi.

Peleg, putra Eber, hidup pada masa ketika bumi mulai "terbagi" (arti harfiah dari namanya). Banyak penafsir menghubungkan masa hidupnya dengan peristiwa Menara Babel, di mana bahasa manusia dikacaukan dan manusia tersebar ke seluruh bumi. Nama Peleg menjadi pengingat akan perpecahan ini, sekaligus menunjukkan bahwa di tengah perpecahan global, Tuhan tetap menjaga garis keturunan yang Ia pilih.

Selanjutnya, Rehu dan Serug mengisi ruang dalam silsilah ini. Rehu adalah putra Peleg, dan Serug adalah putra Rehu. Mereka melanjutkan garis keturunan yang rapuh namun konsisten, membentang melalui ribuan tahun sejarah manusia purba. Mereka adalah bagian dari jaringan leluhur yang mengarah kepada Abraham, yang kelak akan menjadi bapa dari banyak bangsa.

Membaca silsilah seperti 1 Tawarikh 1:25 memberikan perspektif yang mendalam tentang bagaimana identitas dan kepercayaan diturunkan dari generasi ke generasi. Ini bukan hanya tentang nama, tetapi tentang warisan iman, perjanjian, dan kedaulatan Tuhan yang bekerja dalam sejarah manusia. Melalui nama-nama yang mungkin asing bagi kita, kita diingatkan bahwa setiap orang memiliki tempat dalam narasi ilahi yang lebih besar, dan bahwa Tuhan setia dalam memelihara janji-Nya.

Dalam konteks yang lebih luas, silsilah ini membangun fondasi untuk memahami siapa Israel, dari mana mereka berasal, dan bagaimana mereka dipilih oleh Tuhan. Ini adalah pengantar penting sebelum kitab ini beralih ke kisah raja-raja, imam, dan umat Allah di tanah perjanjian. Dengan memahami akar silsilah ini, kita dapat lebih menghargai perjalanan panjang iman dan anugerah Tuhan yang terus menyertai umat-Nya.

Nuh Sem Arpakhsad Eber Selakh Peleg Rehu Serug Nahor Terah Abraham