"Seluruh Israel berkumpul mendatangi Daud di Hebron dan berkata: "Lihatlah, kami ini tulang-tulangmu dan dagingmu." (1 Tawarikh 11:1)
"Dan semua orang Israel datang menghadap Daud di Hebron, dan berkata: "Lihatlah, kami ini tulang-tulangmu dan dagingmu." (1 Tawarikh 11:1)
Pasal 11 dari Kitab 1 Tawarikh mengisahkan momen krusial dalam sejarah Israel: penobatan Daud sebagai raja atas seluruh bangsa. Setelah bertahun-tahun menjadi buronan dan kemudian menjadi raja atas Yehuda, tibalah saatnya Daud diakui oleh semua suku Israel sebagai pemimpin mereka. Keberhasilan militer Daud, khusunya kemenangannya dalam menaklukkan Yerusalem dan menjadikannya ibu kota, menjadi katalisator utama persatuan ini. Orang-orang Israel melihat kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas dalam diri Daud, sebuah harapan yang telah lama mereka dambakan setelah masa kekacauan dan perpecahan. Pengakuan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah pengakuan akan kehendak Tuhan yang telah memilih Daud untuk memerintah umat-Nya. Mereka datang dengan sukacita dan kesetiaan, menyatakan hubungan erat mereka dengan Daud, "kami ini tulang-tulangmu dan dagingmu," sebuah ungkapan yang menunjukkan solidaritas dan identitas bersama.
Daud, dengan kebijaksanaan ilahi, segera mengukuhkan posisinya dengan menaklukkan Yerusalem, sebuah benteng strategis yang sebelumnya dikuasai oleh orang Yebus. Kota ini, yang kemudian dikenal sebagai Kota Daud, menjadi pusat keagamaan dan politik kerajaan yang bersatu. Keberhasilan ini diperkuat oleh kesetiaan para pahlawan yang mengelilingi Daud, seperti yang dicatat dalam bagian-bagian selanjutnya dari pasal 11. Para pejuang gagah berani ini siap berjuang demi Daud dan demi bangsanya, menunjukkan kekuatan dan persatuan yang tak tergoyahkan. Penaklukan Yerusalem bukan hanya sebuah kemenangan militer, tetapi juga langkah simbolis yang penting dalam menyatukan elemen-elemen yang berbeda dari kerajaan tersebut.
Pasal 12 kemudian melanjutkan dengan merinci barisan para pejuang dan pendukung setia yang bergabung dengan Daud, baik sebelum maupun sesudah ia menjadi raja atas seluruh Israel. Bagian ini memberikan gambaran yang kaya tentang keragaman orang-orang yang mempercayai dan mendukung Daud. Terdapat prajurit dari suku-suku yang berbeda, dari suku Benyamin yang merupakan suku Saul, hingga suku-suku yang jauh dari Hebron. Masing-masing membawa keahlian dan kekuatan mereka sendiri, memperkuat posisi Daud dan persiapan kerajaannya. Kita melihat adanya para pemanah dan pelempar batu yang cakap, para pemimpin yang memiliki wawasan strategis, dan bahkan mereka yang tidak terbiasa berperang tetapi memiliki tekad kuat untuk mendukung Daud.
"Dan beberapa orang dari orang Benyamin datang kepada Daud di kediaman yang di tempat berbenteng di Adulam, ketika ia masih bersembunyi dari Saul anaknya ISaak. Mereka bersenjata panah dan memakai alat-alat perang; mereka membantu Daud berperang, baik dengan tangan kanan maupun dengan tangan kiri, untuk melempar batu dan memanah dengan busur dari saudara-saudara mereka yang dari Benyamin." (1 Tawarikh 12:2, 16)
Kisah para pejuang ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Daud melintasi batas-batas kesukuan dan bahkan melampaui kesetiaan sebelumnya. Ini adalah bukti dari karisma Daud, visi persatuan yang ia tawarkan, dan yang terpenting, pengakuan akan campur tangan ilahi dalam kebangkitannya. Keberadaan para pejuang dari suku Benyamin, suku asal Raja Saul, sangatlah signifikan. Ini menandakan bahwa mereka telah melihat melampaui perseteruan masa lalu dan mengenali Daud sebagai pilihan Tuhan. Dukungan mereka bukanlah hanya tentang mendukung seorang raja, tetapi tentang mendukung visi Kerajaan Allah yang diwakili oleh Daud. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam 1 Tawarikh 11 dan 12 secara kolektif membentuk fondasi yang kokoh bagi pemerintahan Daud, menandai dimulainya era keemasan bagi Israel yang bersatu di bawah satu pemimpin yang dipilih oleh Tuhan.