"Maka tibalah mereka di arena Gidon. Uzzah mengulurkan tangan untuk memegang tabut itu, sebab lembu-lembu itu tergelincir."
Kisah ini membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Israel, tepatnya ketika Raja Daud berupaya memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem. 1 Tawarikh 13:10 mencatat sebuah insiden tragis yang tak terduga, di mana Uzzah, salah satu individu yang terlibat dalam proses pemindahan, harus menghadapi konsekuensi fatal karena tindakan spontannya. Peristiwa ini tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga sarat dengan pelajaran rohani yang mendalam bagi umat beriman di segala zaman.
Setelah bertahun-tahun Tabut Perjanjian berada di Kiryat-Yearim, Daud mengumpulkan seluruh Israel untuk membawanya ke kota Daud, Yerusalem, dengan penuh sukacita dan perayaan. Tabut ini melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya, sebuah objek yang sangat sakral dan memerlukan perlakuan yang sangat hati-hati sesuai dengan ketetapan-Nya. Namun, dalam semangat kegembiraan yang meluap, tampaknya ada kelalaian dalam mengikuti instruksi ilahi yang detail mengenai cara pengangkutan Tabut.
Ilustrasi Simbolis: Perhatian dan Kehati-hatian
Ketika proses pengangkutan berlangsung, keledai yang menarik kereta pengangkut tiba-tiba tergelincir. Dalam kepanikan dan naluri untuk mencegah Tabut itu jatuh dan rusak, Uzzah secara refleks mengulurkan tangannya untuk menahannya. Tindakan ini, meskipun mungkin berasal dari niat baik untuk melindungi barang yang dianggap berharga, adalah pelanggaran langsung terhadap perintah Allah. Perintah tersebut secara spesifik menyatakan bahwa Tabut harus dibawa dengan dipikul oleh orang Lewi menggunakan kayu pengusung, dan tidak boleh disentuh oleh siapapun. Ketentuan ini menekankan kesakralan Tabut dan otoritas Allah, yang tidak boleh diremehkan oleh kebiasaan atau tindakan manusia, betapapun mulia niatnya.
Akibat dari tindakan Uzzah sangatlah mengerikan. Kitab Suci mencatat bahwa murka TUHAN menyala terhadap Uzzah, dan ia mati seketika di sana dekat Tabut Allah. Peristiwa ini menjadi peringatan keras tentang betapa seriusnya Allah memandang ketaatan dan kekudusan-Nya. Ini bukan tentang ketidakmampuan Allah untuk menjaga Tabut-Nya, melainkan tentang pentingnya manusia untuk senantiasa berpegang teguh pada firman dan perintah-Nya, dengan cara yang telah Dia tetapkan. Kegembiraan dan semangat beribadah harus selalu diiringi dengan ketaatan yang tulus dan sesuai dengan kehendak ilahi.
Kisah 1 Tawarikh 13:10 mengajarkan kita pentingnya untuk tidak bermain-main dengan hal-hal yang kudus. Kesalehan sejati diukur dari kesediaan kita untuk tunduk pada cara-cara Allah, bahkan ketika kita merasa memiliki pemahaman atau cara yang lebih baik. Kesalahan Uzzah adalah pengingat bahwa niat baik saja tidak cukup jika tidak sejalan dengan perintah-Nya. Dalam kehidupan spiritual kita, kita dipanggil untuk mendekati Allah dengan hormat, kekudusan, dan ketaatan yang menyeluruh, menyadari bahwa kehadiran-Nya adalah suatu kehormatan yang agung dan harus diperlakukan dengan penuh kesungguhan dan kehati-hatian yang sesuai dengan firman-Nya.