Simbol Keselamatan dan Pemulihan Amanah
Simbol Keselamatan dan Pemulihan

1 Tawarikh 13:12 - Saat Ketakutan Menguasai, Kebijaksanaan Dibutuhkan

"Dan Daud menjadi takut kepada TUHAN pada hari itu, katanya: "Bagaimana mungkin tabut itu dapat kubawa pulang kepadaku?""

Ayat ini, yang terambil dari Kitab 1 Tawarikh pasal 13 ayat 12, menceritakan sebuah momen krusial dalam perjalanan iman Raja Daud. Setelah bertahun-tahun mengalami pertempuran dan mendirikan kerajaannya, Daud bertekad untuk membawa Tabut Perjanjian, simbol kehadiran Allah yang terhilang dari umat-Nya, kembali ke Yerusalem. Ini adalah niat yang mulia, sebuah kerinduan untuk memulihkan hubungan yang erat dengan Sang Pencipta.

Namun, ketika proses pemindahan Tabut dimulai, sebuah tragedi tak terduga terjadi. Uza, salah satu pengangkat Tabut, bertindak di luar instruksi ilahi. Ia mengulurkan tangan dan menyentuh Tabut untuk menahannya agar tidak jatuh saat lembu yang menarik gerobak tersandung. Tindakan ini, meskipun mungkin didorong oleh niat baik untuk mencegah kerusakan, berujung pada kematiannya seketika. Peristiwa ini membawa kesedihan mendalam dan, yang lebih penting, rasa takut yang mencekam hati Daud.

Rasa takut yang muncul bukanlah ketakutan akan musuh atau kegagalan duniawi. Ini adalah ketakutan akan kekudusan Allah yang begitu mendalam. Daud menyadari bahwa membawa hal yang paling sakral sekalipun ke hadirat Allah harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan perintah-Nya. Kebijaksanaan dan pemahaman akan sifat Allah serta aturan-Nya menjadi sangat penting. Daud bergulat dengan pertanyaan: "Bagaimana mungkin tabut itu dapat kubawa pulang kepadaku?" Pertanyaan ini bukan sekadar keraguan, melainkan sebuah pengakuan atas keterbatasan manusia dan kebesaran ilahi.

Kisah ini mengajarkan kita pelajaran berharga. Seringkali, dalam semangat kebaikan dan keinginan untuk berbuat sesuatu yang benar, kita bisa saja tergelincir karena kurangnya pemahaman atau ketidakhati-hatian. Niat baik saja tidak cukup. Kita perlu mengedepankan hikmat ilahi, meneliti firman-Nya, dan memohon tuntunan Roh Kudus agar setiap tindakan kita selaras dengan kehendak-Nya. Keinginan untuk dekat dengan Tuhan adalah hal yang patut dipuji, namun cara mendekat haruslah selalu melalui jalan yang Dia tetapkan.

Daud, setelah perenungan dan rasa takutnya, tidak menyerah. Ia belajar dari kesalahannya. Ia menunda untuk membawa Tabut lebih lanjut, dan mencari cara yang benar untuk melakukannya. Kisah selanjutnya dalam 1 Tawarikh menunjukkan bagaimana Daud kemudian mempelajari cara yang benar, yaitu mengangkut Tabut dengan menggunakan orang Lewi yang menggendongnya, bukan menggunakan gerobak. Inilah wujud dari kebijaksanaan yang lahir dari pengalaman dan ketakutan yang saleh. Akhirnya, Tabut dapat dibawa ke Yerusalem dengan sukacita dan keberhasilan, sesuai dengan cara Allah.

Oleh karena itu, ayat 1 Tawarikh 13:12 bukan hanya tentang konsekuensi dari tindakan yang gegabah, tetapi juga tentang perjalanan pertumbuhan rohani. Ia mengingatkan kita untuk selalu mencari hikmat, menghormati kekudusan Tuhan, dan menata hati serta tindakan kita sesuai dengan firman-Nya, terlebih ketika kita berupaya mendekat kepada-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya.