"Lalu Daud mengumpulkan seluruh orang Israel di Yerusalem, untuk memindahkan Tabut perjanjian TUHAN ke tempat yang telah Ia sediakan baginya."
Ayat dari 1 Tawarikh 13:4 ini membuka sebuah lembaran penting dalam sejarah Kerajaan Israel di bawah kepemimpinan Raja Daud. Ini adalah momen yang sarat makna, menandai sebuah upaya kolektif untuk menyatukan umat Israel, baik secara spiritual maupun fisik, di bawah naungan Yerusalem sebagai ibu kota yang kudus. Fokus utama dari ayat ini adalah pemindahan Tabut Perjanjian TUHAN ke kota yang telah Daud pilih, Yerusalem. Tindakan ini bukan sekadar perpindahan artefak religius, melainkan sebuah deklarasi kembalinya kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya setelah periode perpecahan dan ketidakstabilan.
Sebelum ayat ini, kisah dalam Kitab Tawarikh seringkali menyoroti pencatatan silsilah dan fokus pada tugas-tugas keagamaan serta pembangunan Bait Allah. Namun, 1 Tawarikh 13:4 menandai langkah maju yang signifikan. Daud, sebagai raja yang dipilih Allah, menyadari bahwa pusat spiritual Israel haruslah berdenyut di kota yang sama dengan pusat politiknya. Yerusalem, yang telah ditaklukkan Daud dari orang Yebus, kini diperuntukkan tidak hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai tempat kedudukan simbol kehadiran ilahi yang paling berharga: Tabut Perjanjian.
Simbol Tabut Perjanjian
Keterlibatan seluruh orang Israel dalam inisiatif ini sangat penting. Daud tidak bertindak sendiri; ia memobilisasi seluruh bangsa. Ini menunjukkan pentingnya persatuan dalam menjalankan kehendak Allah. Ketika umat berkumpul, harapan untuk kebangkitan spiritual dan penguatan identitas bangsa semakin besar. Pemindahan Tabut bukan sekadar tugas administrasi, melainkan sebuah perayaan iman yang mempersatukan semua suku dan kelompok dalam satu tujuan: menghormati dan memuliakan TUHAN.
Keputusan Daud untuk membawa Tabut ke Yerusalem menunjukkan visi yang jelas tentang bagaimana kerajaan yang benar seharusnya dijalankan. Kehadiran Allah yang diwakili oleh Tabut adalah sumber kekuatan, bimbingan, dan berkat. Dengan menempatkan Tabut di pusat kerajaan, Daud menegaskan bahwa kekuasaannya dan seluruh kerajaannya berada di bawah kedaulatan Allah. Hal ini menjadi landasan bagi penyembahan yang terpusat dan pengajaran hukum Taurat yang akan memandu bangsa Israel dalam kehidupan mereka.
Meskipun ayat ini terdengar sederhana, ia memuat janji pemulihan dan harapan. Setelah bertahun-tahun Tabut berada di Kiryat-Yearim, penempatannya di Yerusalem menjadi titik balik. Ini mempersiapkan jalan bagi pembangunan Bait Allah yang megah di masa pemerintahan Salomo, yang akan menjadi rumah permanen bagi Tabut Perjanjian. Namun, sebelum kemegahan itu, ada langkah penting yang dimulai dengan penyatuan umat dan tekad untuk mengembalikan hadirat Allah ke pusat kehidupan bangsa. 1 Tawarikh 13:4 adalah pengingat abadi akan pentingnya menjadikan Allah sebagai pusat dari segala aspek kehidupan, baik individu maupun komunal, demi persatuan dan berkat yang berkelimpahan.