"Dan Daud menyuruh mengumpulkan orang-orang Lewi, saudara-saudara sebangsanya, yang akan memimpin nyanyian dan memainkan alat-alat musik untuk mengiringi Tabut perjanjian TUHAN."
Ayat 1 Tawarikh 15:4 ini bukan sekadar sebuah instruksi teknis dalam sejarah Israel kuno. Lebih dari itu, ayat ini menyoroti aspek penting dari ibadah dan pemulihan spiritual yang dipimpin oleh Raja Daud. Setelah sekian lama Tabut Perjanjian, simbol kehadiran Allah, berada di luar pusat perhatian dan bahkan dalam situasi yang tidak layak, Daud memiliki visi yang kuat untuk mengembalikannya ke Yerusalem, kota Daud, dan menempatkannya di tempat yang seharusnya. Ini adalah momen pemulihan, bukan hanya pemulihan fisik benda kudus, tetapi juga pemulihan hubungan umat dengan Tuhan.
Fokus pada ayat 4 ini adalah pada persiapan yang dilakukan Daud. Ia tidak hanya memikirkan bagaimana membawa Tabut secara fisik, tetapi juga bagaimana suasana dan semangat yang mengiringi perjalanannya. Daud mengerti bahwa kehadiran Tuhan harus disambut dengan cara yang menghormati dan memuliakan-Nya. Oleh karena itu, ia memerintahkan pengumpulan orang-orang Lewi. Siapa orang Lewi dalam konteks ini? Mereka adalah suku yang dipilih Tuhan untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian di Bait Suci. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pemahaman dan pelatihan khusus dalam hal-hal rohani, termasuk musik dan nyanyian.
Perintah Daud untuk mengumpulkan mereka yang "akan memimpin nyanyian dan memainkan alat-alat musik" menunjukkan betapa pentingnya ekspresi sukacita dan pujian dalam ibadah. Ini bukanlah ibadah yang monoton atau membosankan, melainkan sebuah perayaan yang hidup. Musik dan nyanyian menjadi sarana yang kuat untuk mengungkapkan kekaguman, rasa syukur, dan pengakuan atas kedaulatan Tuhan. Mengingat konteks sejarah di mana Tabut sempat tidak berada di tempatnya, pengembaliannya adalah sebuah peristiwa yang seharusnya dirayakan dengan penuh semangat dan kegembiraan.
Penekanan pada "saudara-saudara sebangsanya" juga penting. Ini menunjukkan kebersamaan dan solidaritas dalam ibadah. Seluruh umat dipanggil untuk bersukacita atas kembalinya kehadiran Tuhan. Orang-orang Lewi menjadi pemimpin dalam ekspresi sukacita kolektif ini, memastikan bahwa ibadah dilakukan dengan cara yang kudus dan penuh hormat, namun tetap penuh dengan kegembiraan yang tulus. Persiapan ini adalah bukti dari kebijaksanaan Daud sebagai seorang pemimpin yang memahami bahwa ibadah yang benar melibatkan hati yang gembira dan persiapan yang matang.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap aspek kehidupan rohani kita, terutama dalam ibadah kepada Tuhan, persiapan adalah kunci. Kita perlu hati yang siap, pikiran yang terfokus, dan ekspresi yang tulus. Sama seperti Daud yang melibatkan musisi dan penyanyi Lewi, kita pun dipanggil untuk mempersembahkan yang terbaik dari diri kita kepada Tuhan, baik melalui suara kita, hati kita, maupun tindakan kita. Kembalinya Tabut ke Yerusalem menjadi simbol penegasan kembali perjanjian Allah dengan umat-Nya, dan respons yang tepat adalah dengan sukacita yang meluap, didukung oleh pujian dan musik.
Simbol visual yang terinspirasi dari Tabut Perjanjian.