1 Tawarikh 16:15

"Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya, ajarlah hikmat-Nya, dan ingatlah perjanjian-Nya yang kekal."

Mengapa Mengingat Perbuatan Ajaib Tuhan?

Ayat ini, 1 Tawarikh 16:15, adalah seruan yang kuat dari Daud kepada seluruh umat Israel. Seruan ini bukanlah sekadar ajakan untuk mengingat sesuatu yang telah lewat, melainkan sebuah perintah ilahi untuk secara aktif merenungkan, mempelajari, dan menghayati pekerjaan Tuhan dalam kehidupan mereka dan dalam sejarah bangsa mereka. Mengingat perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan bukan hanya soal nostalgia, tetapi fondasi iman yang kokoh. Perbuatan ajaib-Nya adalah bukti nyata dari kuasa, kasih, dan kesetiaan-Nya. Ketika kita mengingat bagaimana Dia membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir, memimpin mereka melalui padang gurun, dan memberikan mereka kemenangan atas musuh-musuh mereka, kita diingatkan bahwa Dia adalah Tuhan yang sama hari ini, kemarin, dan sampai selama-lamanya.

Dalam konteks pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem, Daud tengah membangun pusat ibadah dan pemerintahan yang baru. Bagian dari perayaan dan penahbisan ini adalah penekanan pada identitas ilahi mereka. Apa yang membuat bangsa Israel unik dan kuat bukanlah kekuatan militer mereka atau kebijaksanaan para pemimpin mereka semata, melainkan hadirat dan karya Tuhan di tengah-tengah mereka. Ayat ini menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati dan keberhasilan sejati datang dari Tuhan.

Hikmat Tuhan: Sumber Kebijaksanaan Sejati

Selain mengingat perbuatan ajaib-Nya, kita juga diajak untuk "mengajarkan hikmat-Nya". Hikmat Tuhan bukanlah sekadar pengetahuan duniawi, tetapi cara pandang dan prinsip-prinsip ilahi yang memandu kehidupan. Mengajarkan hikmat-Nya berarti menggali Firman Tuhan, memahami kebenaran-Nya, dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan kita. Ini juga berarti membagikan kebenaran-kebenaran ini kepada generasi mendatang, memastikan bahwa warisan iman terus hidup dan bertumbuh.

Dalam dunia yang seringkali penuh dengan kebingungan dan ajaran yang menyesatkan, hikmat Tuhan adalah mercusuar yang menuntun kita. Ia memberikan perspektif yang benar tentang kehidupan, nilai-nilai yang kekal, dan cara hidup yang berkenan kepada-Nya. Dengan mempelajari dan mengajarkan hikmat-Nya, kita membangun diri kita sendiri dan komunitas kita di atas dasar yang kokoh, yang tidak akan goyah oleh badai kehidupan.

Perjanjian Kekal: Jaminan Keberadaan Kita

Yang terakhir, ayat ini menekankan pentingnya "mengingat perjanjian-Nya yang kekal". Perjanjian Tuhan adalah janji-janji-Nya yang tidak pernah berubah. Sejak awal mula, Tuhan telah membuat perjanjian dengan umat-Nya, menyatakan kasih dan komitmen-Nya yang abadi. Bagi umat Perjanjian Lama, perjanjian ini terwujud melalui hukum, janji tanah, dan penyelamatan. Bagi kita yang hidup di masa kini, perjanjian kekal ini menemukan penggenapan puncaknya dalam Yesus Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus memperbaharui dan menggenapi perjanjian kasih karunia yang tidak dapat dibatalkan.

Mengingat perjanjian kekal Tuhan memberikan kita jaminan dan kepastian. Di tengah ketidakpastian dunia, janji-janji Tuhan adalah jangkar bagi jiwa kita. Ia berjanji untuk tidak pernah meninggalkan kita, untuk selalu menyertai kita, dan untuk menyediakan semua yang kita butuhkan. Ketika kita menghadapi kesulitan, kekecewaan, atau rasa sakit, mengingat perjanjian-Nya mengingatkan kita bahwa Tuhan setia dan bahwa rencana-Nya untuk kita adalah rencana kesejahteraan dan bukan kecelakaan, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan.

Oleh karena itu, marilah kita menjadikan seruan Daud ini sebagai pegangan hidup kita: untuk senantiasa mengingat perbuatan ajaib Tuhan, secara aktif mempelajari dan mengajarkan hikmat-Nya, dan dengan iman yang teguh, memegang teguh janji-janji perjanjian-Nya yang kekal. Inilah fondasi yang akan membawa kita melalui setiap musim kehidupan dan mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya.

Sumber: Kitab Suci (Alkitab)