Memanggil Bangsa-Bangsa untuk Memuliakan Tuhan
Ayat 1 Tawarikh 16:28 adalah seruan yang kuat dan universal. Ini bukanlah sekadar ajakan kepada umat pilihan, tetapi sebuah imbauan yang meluas kepada seluruh suku bangsa di bumi. Inti dari pesan ini adalah sebuah perintah namun juga sebuah undangan: untuk memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hak-Nya, yaitu kemuliaan dan kekuatan. Pujian dan pengakuan atas kebesaran-Nya adalah respons yang seharusnya mengalir dari hati setiap insan.
Dalam konteks Kitab Tawarikh, ayat ini seringkali muncul dalam momen-momen penting dalam sejarah Israel, khususnya ketika Tabut Perjanjian dibawa ke Yerusalem. Daud, sebagai raja yang saleh, memimpin umatnya dalam pujian dan penyembahan. Namun, ia tidak membatasi pujian ini hanya untuk bangsanya sendiri. Ia menyadari bahwa Tuhan adalah Tuhan alam semesta, Pencipta segala sesuatu, dan oleh karena itu, segala ciptaan patut memuliakan-Nya.
Panggilan untuk memberikan "kemuliaan" kepada Tuhan berarti mengakui siapa Dia sebenarnya – kekudusan-Nya, keagungan-Nya, dan sifat-sifat ilahi-Nya yang tak tertandingi. Ini adalah tindakan merendahkan diri di hadapan kebesaran-Nya, mengakui bahwa segala kebaikan dan keindahan berasal dari-Nya. Sementara itu, memberikan "kekuatan" kepada Tuhan berarti mengakui kedaulatan-Nya atas segala sesuatu, kekuatan-Nya yang tak terbatas dalam menciptakan, memelihara, dan memerintah alam semesta. Ini adalah pengakuan bahwa tanpa Dia, tidak ada kekuatan yang berarti.
Relevansi di Masa Kini
Pesan dari 1 Tawarikh 16:28 tetap sangat relevan bagi kita hari ini. Di tengah kesibukan dunia modern, seringkali kita terlena dan melupakan sumber kekuatan dan kemuliaan sejati. Ayat ini mengingatkan kita untuk berhenti sejenak, mengangkat pandangan dari permasalahan duniawi, dan mengarahkan hati serta pikiran kepada Tuhan. Apakah kita sudah memberikan kemuliaan dan kekuatan kepada-Nya melalui doa, ibadah, dan cara hidup kita?
Banyak orang mencari kekuatan dalam berbagai hal: kekayaan, kekuasaan, pengetahuan, atau bahkan dalam diri sendiri. Namun, ayat ini menunjukkan bahwa sumber kekuatan yang sejati dan abadi adalah Tuhan sendiri. Ketika kita mengakui dan memuliakan-Nya, kita juga membuka diri untuk menerima kekuatan ilahi yang mampu menopang kita dalam setiap tantangan hidup. Kemuliaan yang kita berikan kepada-Nya adalah pengakuan atas kebenaran-Nya, dan kekuatan yang kita berikan adalah pengakuan atas kedaulatan-Nya atas hidup kita.
Seruan ini juga menginspirasi kita untuk memiliki pandangan yang lebih luas tentang keesaan Tuhan. Tuhan bukan hanya Tuhan bagi satu kelompok manusia, tetapi bagi semua orang. Ini mendorong kita untuk menyebarkan kabar baik dan mengajak orang lain untuk mengenal dan memuliakan Tuhan. Dalam setiap aspek kehidupan kita, baik secara pribadi maupun komunal, marilah kita menjadikan pemberian kemuliaan dan kekuatan kepada Tuhan sebagai prioritas utama. Dengan demikian, kita tidak hanya memenuhi panggilan firman-Nya, tetapi juga mengalami berkat dan pemeliharaan-Nya yang melimpah.