1 Tawarikh 16:30 - Beri Hormat dan Takutlah kepada-Nya

"Berilah kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, berilah kepada TUHAN kemuliaan dan kekuatan."
"Muliakanlah Dia!" 1 Tawarikh 16:29

Ilustrasi visual tentang pujian dan hormat kepada Tuhan.

Ayat 1 Tawarikh 16:30 merupakan seruan yang kuat dan menginspirasi dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Ayat ini bukanlah sekadar kalimat pasif, melainkan sebuah panggilan aktif kepada seluruh umat manusia, yang digambarkan sebagai "suku-suku bangsa". Penekanan pada "suku-suku bangsa" menunjukkan cakupan universal dari seruan ini; tidak terbatas pada satu kelompok etnis atau agama tertentu, tetapi kepada semua yang ada di muka bumi.

Inti dari ayat ini terletak pada dua kata kunci: kemuliaan dan kekuatan. Memberikan kemuliaan kepada Tuhan berarti mengakui keagungan-Nya, kebesaran-Nya, dan keindahan ciptaan-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa segala yang baik berasal dari Dia, dan bahwa Dia layak menerima segala pujian dan kehormatan. Kemuliaan Tuhan adalah manifestasi dari keberadaan-Nya yang ilahi, kekudusan-Nya, dan kedaulatan-Nya atas segala ciptaan.

Selain kemuliaan, kita juga diajak untuk memberikan kekuatan kepada Tuhan. Dalam konteks ini, "kekuatan" dapat diartikan sebagai pengakuan atas kuasa-Nya yang tak terbatas, kemampuan-Nya untuk bertindak, dan otoritas-Nya atas alam semesta. Ini bukan berarti Tuhan membutuhkan kekuatan kita, melainkan sebuah bentuk penghormatan yang mengakui bahwa Dia adalah sumber segala kekuatan. Ketika kita melihat keajaiban alam, kekuatan-Nya dalam sejarah, atau kuasa-Nya dalam kehidupan kita, kita secara alami terdorong untuk mengakui dan memberikan hormat kepada sumber kekuatan itu.

Seruan ini sangat relevan dalam kehidupan modern kita. Di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh dengan kesibukan, tekanan, dan seringkali ketidakpastian, kita mudah teralihkan dari hal-hal yang paling penting. Namun, 1 Tawarikh 16:30 mengingatkan kita untuk berhenti sejenak dan mengarahkan pandangan kita kepada Sang Pencipta. Memberikan kemuliaan dan kekuatan kepada Tuhan bisa diwujudkan dalam berbagai cara.

Dalam ibadah, baik secara pribadi maupun komunal, kita menyanyikan pujian, berdoa, dan merenungkan Firman-Nya. Melalui doa, kita menyatakan ketergantungan kita kepada-Nya dan mengakui kebaikan-Nya. Melalui nyanyian, kita mengekspresikan kegembiraan dan rasa syukur kita atas segala yang telah Dia lakukan. Tindakan-tindakan ini adalah cara konkret untuk memberikan kemuliaan dan mengakui kekuatan-Nya.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, ayat ini juga mengajarkan tentang sikap hati. Memberikan kemuliaan dan kekuatan kepada Tuhan berarti hidup dengan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Ini berarti menjalani hidup yang memuliakan Dia melalui tindakan kita, perkataan kita, dan sikap kita terhadap sesama. Mengakui kekuatan-Nya berarti menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya, terutama di saat-saat sulit, dan yakin bahwa Dia memiliki kendali atas segalanya.

Ayat ini juga memiliki dimensi penting lainnya yang seringkali terhubung dengan ayat-ayat di sekitarnya, yaitu ketakutan akan Tuhan. Meskipun kata "takut" mungkin terdengar negatif bagi sebagian orang, dalam konteks Alkitab, ini merujuk pada rasa hormat yang mendalam, kekaguman, dan kesadaran akan kekudusan dan kebesaran Tuhan. Takut akan Tuhan adalah awal dari hikmat dan kebijaksanaan. Ini adalah pengakuan bahwa kita berada di hadapan sesuatu yang jauh lebih besar dari diri kita, dan bahwa hidup kita sepenuhnya bergantung pada-Nya.

Jadi, mari kita renungkan 1 Tawarikh 16:30 hari ini. Marilah kita secara sadar mengalihkan fokus kita dari masalah dan kekhawatiran duniawi kepada keagungan Tuhan. Berikanlah Dia kemuliaan yang layak Dia terima, akui kekuatan-Nya yang tak terbatas, dan hiduplah dengan rasa hormat dan kekaguman yang mendalam kepada-Nya. Dengan demikian, hidup kita akan dipenuhi dengan makna, tujuan, dan kedamaian yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Sang Pencipta.