"Ketika Hanun dan bani Amon melihat, bahwa Hanun telah mereka anggap musuh, maka dikirimlah suruhan oleh Hanun untuk menyewa orang Aram dari Mesopotamia, orang Aram dari Soba, dan orang Togob dari Maakha, dua puluh ribu serdadu berjalan kaki dan seribu orang dari raja-raja tersebut. Dan ketika Daud mendengar hal itu, maka diutusnyalah Yoab bersama seluruh tentara pahlawan."
Ilustrasi: Pasukan yang bersiap menghadapi tantangan.
Ayat dari 1 Tawarikh 19:16 ini mengisahkan sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel di bawah pimpinan Raja Daud. Peristiwa ini terjadi setelah kematian Raja Nahas, raja bani Amon, yang sebelumnya menunjukkan kebaikan kepada Daud. Namun, putranya, Hanun, yang menggantikannya, mengambil langkah yang sangat tidak bersahabat.
Didorong oleh para penasihatnya yang penuh kebencian, Hanun menghina utusan-utusan Daud. Perbuatan ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional pada masa itu, yang menuntut penghormatan terhadap utusan. Akibatnya, hubungan antara Israel dan bani Amon menjadi sangat tegang, bahkan berujung pada permusuhan terbuka. Hanun, dalam ketakutan dan mungkin kesombongannya, berinisiatif untuk mencari bantuan dari kekuatan asing. Ia menyewa tentara bayaran dari berbagai wilayah yang berdekatan, termasuk Mesopotamia, Soba, dan Maakha. Tujuannya jelas: untuk menghadapi Daud dan pasukannya.
Ketika kabar tentang persiapan perang dan aliansi yang dibentuk oleh Hanun sampai ke telinga Daud, sang raja tidak tinggal diam. Ia adalah seorang pemimpin yang bijak dan peka terhadap ancaman terhadap kerajaannya. Respons Daud cepat dan tegas: ia segera mengutus Yoab, panglima perangnya yang terpercaya, bersama dengan seluruh pasukan pahlawan Israel. Ini menunjukkan bahwa Daud memahami keseriusan situasi dan kesiapannya untuk membela diri dan wilayahnya.
Ayat ini menggambarkan dualitas penting: di satu sisi, ada tindakan permusuhan dan kesombongan dari pihak bani Amon yang mencari kekuatan eksternal. Di sisi lain, ada respons yang terorganisir, kepemimpinan yang bijak, dan kekuatan militer yang teruji dari pihak Israel di bawah Daud.
Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah kuno, ia tetap membawa pelajaran yang relevan bagi kehidupan kita saat ini. Pertama, ayat ini menyoroti pentingnya menjaga hubungan baik dan saling menghormati, bahkan dalam perbedaan. Penghinaan terhadap utusan adalah tindakan yang tidak hanya merusak hubungan diplomatik, tetapi juga menunjukkan ketidakmatangan dan kurangnya kebijaksanaan.
Kedua, ayat ini mengajarkan tentang bagaimana menghadapi tantangan dan permusuhan. Ketika dihadapkan pada ancaman, respons yang bijak bukanlah kepanikan, tetapi kesiapan dan organisasi. Daud tidak hanya mengandalkan kekuatan pasukannya, tetapi juga kepemimpinan yang mantap dan kepercayaan pada tujuan yang benar. Ini bisa diterjemahkan dalam kehidupan pribadi kita sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah dengan tenang, mencari solusi, dan memohon bimbingan Ilahi.
Selanjutnya, pentingnya aliansi yang tepat juga tersirat. Sementara Hanun mencari aliansi dengan kekuatan asing yang didorong oleh motif yang salah, Daud memimpin pasukannya sendiri yang menunjukkan kesatuan dan loyalitas. Dalam konteks modern, ini bisa berarti memilih orang-orang yang tepat untuk mendukung kita, yang memiliki nilai-nilai dan tujuan yang sejalan.
Terakhir, ayat ini mengingatkan kita bahwa di tengah konflik dan perselisihan, ada kekuatan dalam kesetiaan, keberanian, dan kepemimpinan yang kuat. Kisah ini merupakan pengingat akan pentingnya menjaga kehormatan, bertindak dengan bijak dalam menghadapi permusuhan, dan bersiap untuk membela apa yang benar.