Ayat singkat namun kaya makna dari Kitab 1 Tawarikh ini membawa kita pada momen krusial dalam kehidupan Raja Daud. Setelah periode pemberontakan dan hukuman ilahi yang mengerikan akibat dosa menghitung penduduk Israel, Daud dihadapkan pada pilihan sulit. Malaikat Tuhan mengangkat pedangnya di atas Yerusalem, membawa maut dan kehancuran. Namun, di tengah ketakutan dan penyesalan yang mendalam, Daud mendengar suara nubuat dari Allah melalui Nabi Gad.
Nubuat tersebut memberikan Daud sebuah pilihan untuk menebus kesalahannya. Ia bisa memilih antara tiga hukuman: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari musuh-musuhnya, atau tiga hari bencana penyakit sampar. Dalam kebijaksanaan dan kerendahan hati yang luar biasa, Daud memilih pilihan yang paling sulit namun paling memuliakan nama Tuhan. Ia berkata kepada Gad, "Aku dalam kesukaran besar. Janganlah jatuh ke tangan manusia, tetapi baiklah aku jatuh ke tangan TUHAN, sebab kasih setia-Nya besar."
Pilihan Daud untuk jatuh ke tangan Tuhan, bukan ke tangan manusia, menunjukkan pemahaman mendalam tentang karakter ilahi. Ia tahu bahwa meskipun Tuhan menghukum, kasih setia-Nya tidak pernah berakhir. Hukuman dari Tuhan, bagaimanapun beratnya, pasti mengandung tujuan penebusan dan pemulihan, sementara kejatuhan ke tangan manusia bisa berarti kekejaman tanpa batas.
Kemudian, ketika malaikat Tuhan bersiap untuk menghancurkan Yerusalem, TUHAN menyesallah tentang malapetaka itu. Ia memerintahkan malaikat itu, "Cukuplah sekarang itu! Tahanlah tanganmu!" Inilah momen puncak yang diungkapkan dalam ayat 21:28: "Maka berkatalah Daud: 'Aku memanggil TUHAN.' Lalu ia memanggil TUHAN." Ayat ini bukan sekadar pengulangan, melainkan sebuah penegasan tindakan iman. Daud tidak hanya mengakui otoritas Tuhan; ia secara aktif memanggil Tuhan dalam momen kritis ini. Tindakannya adalah deklarasi kepercayaan dan harapan kepada sumber belas kasihan.
Keluaran dari ayat ini sangat jelas: ketika dihadapkan pada pilihan sulit, baik karena dosa pribadi maupun situasi yang mengerikan, jalan terbaik adalah selalu berserah kepada Tuhan. Ia adalah sumber kekuatan, pengampunan, dan pemulihan. Daud, seorang raja yang penuh kesalahan namun tetap memiliki hati yang melekat pada Tuhan, menjadi teladan bagi kita untuk selalu menoleh kepada-Nya, bukan dalam keputusasaan, tetapi dalam keyakinan akan kasih setia-Nya yang tak terbatas.
Ayat 1 Tawarikh 21:28 mengajarkan kita bahwa dalam setiap tantangan, "memanggil TUHAN" adalah respons yang paling bijaksana. Ini adalah undangan untuk menyerahkan masalah kita kepada-Nya, percaya bahwa Ia akan bertindak bukan hanya sebagai penghakiman, tetapi juga sebagai sumber pemeliharaan dan keselamatan. Momen ini menjadi titik balik, mengarah pada pembangunan mezbah di dekat tempat malaikat itu dihentikan, yang kelak menjadi lokasi Bait Suci.