Kisah dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 21 menghadirkan salah satu momen paling krusial dalam kehidupan Raja Daud. Ayat-ayat yang kita sorot, terutama yang berkaitan dengan respons Daud setelah dosa penghitungan penduduk, memberikan pelajaran mendalam tentang kedaulatan Allah, konsekuensi dari ketidaktaatan, dan pentingnya pemulihan hubungan dengan Tuhan.
Daud, yang seharusnya mengandalkan kekuatan dan hikmat Tuhan, tertipu oleh hasutan Iblis untuk menghitung jumlah penduduk Israel. Tindakan ini bukan sekadar sensus militer; ini adalah bentuk kesombongan dan ketergantungan pada kekuatan manusia, bukan pada janji-janji dan perlindungan ilahi. Akibatnya, Tuhan mendatangkan murka-Nya melalui malapetaka yang menimpa umat-Nya.
Ketika nabi Gad menyampaikan pilihan hukuman dari Tuhan, Daud menghadapi pilihan yang mengerikan: tiga tahun kelaparan, tiga bulan dikejar musuh, atau tiga hari wabah penyakit. Dalam keputusasaannya, Daud memilih untuk jatuh ke tangan Tuhan, karena belas kasihan-Nya lebih besar daripada belas kasihan manusia. Pilihan ini menunjukkan kesadaran Daud akan kebesaran dan kemurahan Tuhan, bahkan di tengah hukuman.
Setelah tiga hari wabah melanda, Tuhan menyesal dan menghentikan malapetaka itu ketika malaikat-Nya hendak memusnahkan Yerusalem. Malaikat itu berdiri di atas tempat pengirikan Ornan, orang Yebus. Di sinilah titik balik itu terjadi. Daud, yang menyaksikan murka Tuhan dan mengakui dosanya, diperintahkan untuk mendirikan mezbah di tempat itu dan mempersembahkan korban bakaran serta korban keselamatan.
Ayat 26 dan 29 dari pasal 21 menggarisbawahi signifikansi dari tindakan Daud. Ia tidak hanya tunduk pada perintah Tuhan, tetapi ia melakukannya dengan penuh iman dan harapan. Dengan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, Daud secara simbolis mengakui kesalahannya, menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, dan mencari pendamaian. Respon Tuhan yang langsung menjawabnya dari atas langit, menunjukkan pengampunan dan pemulihan hubungan.
Peristiwa ini menjadi fondasi penting bagi pembangunan Bait Suci di masa depan. Tempat pengirikan Ornan, yang kini menjadi tempat mezbah Daud, kelak akan menjadi lokasi Bait Suci yang megah di Yerusalem. Ini mengajarkan kita bahwa bahkan dari kesalahan dan penderitaan, Tuhan dapat memunculkan rencana yang lebih besar dan lebih mulia. Pengalaman Daud menekankan bahwa meskipun dosa membawa konsekuensi, penyesalan yang tulus dan kembali kepada Tuhan selalu membuka jalan bagi pengampunan dan berkat.
Pelajaran dari 1 Tawarikh 21:26-29 begitu relevan hingga kini. Ketika kita menghadapi kesalahan atau jatuh dalam dosa, penting untuk tidak bersembunyi atau menyalahkan orang lain, melainkan mengakui kesalahan kita di hadapan Tuhan, bertobat, dan mencari pemulihan. Seperti Daud, kita diundang untuk mendirikan "mezbah" iman, yaitu hati yang mau beribadah dan tunduk pada Tuhan, serta mempersembahkan "korban keselamatan" berupa ucapan syukur dan ketaatan. Tuhan yang setia selalu siap menjawab seruan kita dan memulihkan hubungan-Nya dengan kita, bahkan dari tempat yang paling tidak terduga sekalipun.