1 Tawarikh 22 7: Pentingnya Hati yang Setia

"Dan Daud berkata: "Salomo, anakku, masih muda dan kurang pengalaman, sedang rumah yang harus dibangun bagi TUHAN itu haruslah proyek yang besar, suatu bangunan yang termasyhur dan mulia di segala negeri. Maka sekarang aku akan menyediakannya."
Bekerja Bersama untuk Keagungan

Ayat dari 1 Tawarikh 22:7 ini membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel, di mana Raja Daud menyampaikan amanah besar kepada putranya, Salomo. Daud, meskipun berkeinginan kuat untuk membangun rumah bagi TUHAN, menyadari bahwa tugas tersebut terlalu besar untuk diselesaikannya sendiri di akhir masa kepemimpinannya. Ia melihat Salomo sebagai penerus yang akan mewujudkan rencana agung ini. Pesan inti dari firman ini bukan hanya tentang pembangunan fisik sebuah Bait Suci, melainkan lebih dalam lagi menyoroti pentingnya visi, persiapan, dan penyerahan tugas kepada generasi penerus dengan hati yang siap dan setia.

Daud mengakui keterbatasan diri dan memberikan kesempatan kepada Salomo. Ini mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dalam memimpin dan menyerahkan tanggung jawab. Kesiapan Salomo, meskipun masih muda, untuk menerima tugas ini adalah kunci. Ayat ini mengajarkan bahwa usia bukanlah penghalang utama dalam melayani Tuhan, melainkan kesediaan hati dan keyakinan pada panggilan-Nya. Daud tidak hanya menyerahkan tugas, tetapi juga telah menyediakan sebagian besar bahan dan sumber daya yang diperlukan, sebuah tindakan persiapan yang luar biasa. Hal ini mencerminkan dedikasi dan perencanaan yang matang untuk memastikan keberhasilan proyek tersebut.

Pesan ini relevan bagi kita di masa kini. Apakah kita sedang dalam posisi untuk membangun sesuatu yang besar bagi kemuliaan Tuhan, baik dalam skala pribadi, keluarga, gereja, maupun komunitas? Ayat ini mengingatkan kita untuk menilik hati kita. Apakah kita memiliki kesiapan dan kesetiaan untuk menjalankan apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita? Apakah kita mau belajar dari mereka yang lebih berpengalaman, serta mempersiapkan diri dengan baik, seperti Daud yang telah merencanakan dan menyediakan segalanya?

Membangun "rumah bagi TUHAN" bisa berarti banyak hal. Bisa jadi adalah membangun karakter rohani yang kokoh, membangun hubungan yang sehat dengan sesama, membangun pelayanan yang berdampak, atau berkontribusi pada kebaikan masyarakat. Apapun bentuknya, hal itu haruslah dilakukan dengan motivasi yang benar: untuk kemuliaan Tuhan. Hati yang setia, seperti yang ditunjukkan Daud dan kemudian diwariskan kepada Salomo, adalah fondasi terpenting. Ketulusan, dedikasi, dan kesediaan untuk bekerja keras serta mempersiapkan diri adalah kunci agar "rumah" yang kita bangun menjadi "suatu bangunan yang termasyhur dan mulia."

Kisah ini juga mengajarkan pentingnya kolaborasi antar generasi. Pengalaman Daud dan semangat muda Salomo bersatu padu untuk mencapai tujuan yang mulia. Ini adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki peran unik, dan ketika kita bekerja sama dengan hati yang tertuju pada Tuhan, hasil yang luar biasa dapat dicapai. Mari kita renungkan ayat ini dan bertanya pada diri sendiri: Di manakah Tuhan memanggil kita untuk berkontribusi? Dan bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dengan hati yang setia untuk mewujudkan panggilan-Nya?