1 Tawarikh 24:10: Undian Para Imam

"Kepada Harun dan keturunannya dibagi pula pekerjaan itu, supaya mereka melakukan tugas keimaman. Kepada Hezron dan keturunannya Harun, kepada Sibuel keturunan Harun."

Ilustrasi pembagian tugas

Konteks Ayat dan Maknanya

Ayat 1 Tawarikh 24:10 merupakan bagian dari catatan rinci mengenai pengaturan tugas dan tanggung jawab para imam dan orang Lewi di Bait Suci Yerusalem. Kitab Tawarikh secara khusus berfokus pada aspek ibadah dan pelayanan yang terorganisir, mencatat bagaimana Raja Daud, dengan bimbingan ilahi, menetapkan sistem yang terstruktur untuk memastikan kelancaran fungsi Bait Suci. Ayat ini menyoroti penempatan yang jelas dari keturunan Harun, imam besar, dan secara spesifik menyebutkan keluarga-keluarga yang ditugaskan.

Poin penting dalam ayat ini adalah penyebutan "undian" (meskipun tidak secara eksplisit di ayat ini saja, namun menjadi konteks keseluruhan pasal) yang digunakan untuk menentukan giliran pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian tugas bukan berdasarkan preferensi pribadi atau kekuasaan, melainkan berdasarkan kedaulatan ilahi yang diwujudkan melalui pengundian. Keluarga Harun, yang merupakan garis keturunan imamat, diatur ke dalam 24 kelompok, yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab spesifik di Bait Suci. Ayat 10 secara spesifik menyebutkan satu dari kelompok tersebut, yaitu keturunan Hezron, yang merupakan bagian dari keluarga Sibuel (juga dikenal sebagai Abdiel dalam 1 Tawarikh 26:1-8).

Pentingnya Pengaturan dan Ketaatan

Pengaturan yang cermat ini sangat penting untuk menjaga kekudusan dan kesucian ibadah kepada Tuhan. Setiap kelompok imam memiliki peranannya masing-masing, mulai dari mempersembahkan korban bakaran, membakar ukupan, menjaga gerbang, hingga memainkan musik dan menyanyikan pujian. Ketepatan waktu dan pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan yang ditetapkan adalah wujud ketaatan kepada firman Tuhan dan penghormatan terhadap tempat kediaman-Nya.

Ayat 1 Tawarikh 24:10 mengajarkan kita tentang nilai pentingnya struktur dan keteraturan dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Baik itu dalam pelayanan gereja, keluarga, maupun pekerjaan sehari-hari, ada baiknya kita memiliki organisasi yang jelas dan menjalankan peran kita dengan setia. Pengundian, dalam konteks ini, melambangkan penyerahan diri kepada kehendak Tuhan, yang akan menempatkan kita di tempat yang paling sesuai untuk melayani-Nya dan sesama. Ketaatan pada sistem yang telah ditetapkan, seperti yang dilakukan para imam, adalah kunci keberhasilan dan berkat dalam setiap pelayanan.

Aplikasi Modern

Meskipun konteks ibadah di Bait Suci sudah berlalu seiring dengan kedatangan Yesus Kristus, prinsip yang terkandung dalam 1 Tawarikh 24:10 tetap relevan. Bagi umat Kristen masa kini, prinsip ini mengajarkan pentingnya disiplin, kerendahan hati, dan kesediaan untuk melayani dalam peran yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Setiap orang percaya memiliki karunia dan panggilan yang unik, dan pengaturannya dalam tubuh Kristus adalah untuk kepentingan bersama. Mengenali dan memenuhi panggilan pribadi kita, sambil menghormati tatanan yang ada dalam komunitas iman, adalah wujud ibadah yang hidup dan berkenan kepada Tuhan.

Lebih jauh lagi, ayat ini menggarisbawahi keadilan dan ketelitian Tuhan dalam mengatur segala sesuatu. Dia tidak membiarkan pelayanan-Nya kacau balau. Sebaliknya, Dia menetapkan aturan yang jelas agar ibadah itu dilakukan dengan cara yang menghormati kekudusan-Nya. Bagi kita, ini menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan untuk Tuhan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, teratur, dan penuh hormat.