(Ringkasan dan penekanan dari pasal 1 Tawarikh 27-31, fokus pada pengelolaan kerajaan, tugas-tugas para pemimpin, dan persiapan Daud untuk pembangunan Bait Allah, serta warisan yang ia tinggalkan.)
Pasal 27 Kitab 1 Tawarikh memberikan gambaran rinci tentang bagaimana Raja Daud mengorganisir kerajaannya. Ini mencakup sistem administrasi yang terstruktur, dengan pembagian tugas yang jelas di antara berbagai kelompok dan individu. Terutama disorot adalah pembagian 12 angkatan tentara yang bertugas secara bergilir setiap bulan sepanjang tahun. Setiap angkatan memiliki seorang panglima yang bertanggung jawab atas pengamanan wilayah mereka, termasuk penjaga di perbatasan dan di dalam negeri. Pengaturan ini menunjukkan kedalaman perencanaan strategis Daud dalam menjaga stabilitas dan keamanan Israel.
Selain struktur militer, pasal ini juga mencatat para pemimpin wilayah dan petugas-petugas yang mengelola sumber daya kerajaan, seperti pengelolaan ternak dan harta benda. Ini adalah bukti konkret dari kemampuan Daud sebagai seorang administrator yang cakap. Ia tidak hanya seorang pejuang ulung, tetapi juga seorang raja yang visioner dalam membangun fondasi pemerintahan yang kuat bagi bangsa Israel. Sistem ini memastikan bahwa setiap aspek kehidupan kerajaan, mulai dari keamanan hingga ekonomi, dikelola dengan efisien dan akuntabel.
Memasuki pasal 28 dan 29, fokus bergeser ke aspek spiritual dan warisan Daud. Daud, yang telah tua dan merasa ajalnya semakin dekat, memanggil para pemimpin Israel, para kepala suku, para perwira, para hakim, dan para pejabatnya. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pidato terakhirnya dan memberikan arahan penting mengenai pembangunan Bait Allah di Yerusalem. Meskipun ia sendiri tidak diizinkan untuk membangunnya karena ia adalah seorang prajurit yang telah menumpahkan banyak darah, Daud telah mengumpulkan sumber daya yang luar biasa untuk proyek suci ini.
Dalam pidatonya, Daud mengungkapkan kerinduannya yang mendalam untuk mendirikan rumah bagi hadirat Allah. Ia memohon dukungan dan komitmen dari para pemimpin Israel untuk melanjutkan visi ini di bawah kepemimpinan putranya, Salomo. Daud memberikan contoh pribadi yang menginspirasi dengan menyumbangkan sebagian besar kekayaannya sendiri untuk pembangunan Bait Allah, mendorong para bangsawan dan rakyat untuk mengikuti jejaknya. Antusiasme dan kemurahan hati yang ditunjukkan oleh para pemimpin dan rakyat Israel dalam merespons seruan Daud sungguh luar biasa, menunjukkan kesatuan hati mereka dalam melayani Tuhan dan mempersiapkan sebuah tempat kudus yang agung.
Pasal 30 dan 31 menceritakan tentang pelaksanaan ibadah dan peneguhan Salomo sebagai raja. Daud menyelenggarakan perayaan besar untuk mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan dan memulihkan ibadah yang sesuai dengan ketetapan Taurat. Ini adalah momen penting dalam sejarah Israel, yang menunjukkan pemulihan hubungan mereka dengan Tuhan setelah berbagai tantangan. Ayat-ayat ini menggambarkan suasana sukacita dan keagamaan yang mendalam, menegaskan kembali pentingnya ketaatan dan perayaan ibadah bagi bangsa Israel.
Pada akhirnya, Kitab 1 Tawarikh, khususnya bagian ini, menyoroti kepemimpinan Daud yang transformatif. Dari pengelolaan negara yang teratur hingga komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap pembangunan Bait Allah, Daud meninggalkan warisan yang kuat. Ia membuktikan bahwa seorang pemimpin yang takut akan Tuhan dapat menciptakan stabilitas dalam negeri sekaligus memelihara kehidupan rohani bangsanya. Persiapan yang matang dan dorongan yang kuat dari Daud memastikan bahwa pembangunan Bait Allah akan menjadi tonggak sejarah spiritual bagi Israel, menandai era baru dalam hubungan mereka dengan Sang Pencipta. Penutup pasal-pasal ini, termasuk penahbisan Salomo, menggarisbawahi kesinambungan rencana Tuhan dan pentingnya integritas serta pengabdian dalam memimpin umat-Nya.