Fondasi Pilihan Allah
Firman Tuhan dalam 1 Tawarikh 28:6 adalah pengumuman yang sangat penting dari Raja Daud, sesaat sebelum ia menyerahkan tongkat estafet kekuasaannya kepada putranya, Salomo. Ayat ini bukan sekadar kata-kata biasa, melainkan penegasan ilahi mengenai rencana besar Tuhan. Daud, yang memiliki kerinduan besar untuk membangun rumah bagi Tuhan, tidak diizinkan untuk melakukannya karena tangannya telah berlumuran darah dalam peperangan. Namun, visi itu tidak padam. Tuhan secara pribadi memilih Salomo untuk memikul tugas mulia ini.
Penegasan "telah Kupilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Allahnya" menunjukkan kedalaman hubungan yang Tuhan jalin dengan Salomo. Ini bukan hanya tentang tugas pembangunan fisik, tetapi tentang sebuah warisan rohani. Tuhan berjanji untuk menjadi Allah bagi Salomo, yang berarti Dia akan menyertainya, membimbingnya, dan memberinya hikmat. Ini adalah janji yang melampaui masa jabatan Salomo; ini adalah janji fondasi bagi seluruh kerajaan Israel dan bahkan bagi umat Tuhan di masa depan.
Peran Salomo dalam Pembangunan Kuil
Tanggung jawab yang diberikan kepada Salomo sangat besar. Membangun Bait Suci yang megah untuk Tuhan bukanlah proyek kecil. Hal ini membutuhkan sumber daya yang luar biasa, perencanaan yang matang, tenaga kerja yang terampil, dan yang terpenting, bimbingan ilahi. Tuhan telah menyediakan segalanya bagi Daud untuk mengumpulkan bahan-bahan terbaik, dan kini, Salomo dipercaya untuk merealisasikan visi tersebut. Kepercayaan ini adalah bukti bahwa Tuhan tidak hanya memilih seseorang, tetapi juga membekalinya.
Kisah pembangunan Bait Suci oleh Salomo menjadi salah satu puncak sejarah Israel kuno. Bait Suci ini bukan hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga simbol kehadiran Tuhan di antara umat-Nya. Keberadaan Salomo sebagai pemimpin yang dipilih Tuhan untuk tugas ini memberikan jaminan bahwa proyek tersebut akan diselesaikan sesuai dengan kehendak-Nya. Pengalaman Salomo mengajarkan kita bahwa ketika Tuhan memilih seseorang untuk suatu tugas, Dia juga menyediakan segala yang dibutuhkan, termasuk hikmat dan kekuatan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap karya besar yang didedikasikan untuk kemuliaan Tuhan, selalu ada pemilihan ilahi dan dukungan yang tak tergoyahkan.
Hikmat dan Ketaatan
Pilihan ilahi ini menuntut Salomo untuk merespons dengan ketaatan dan, tentu saja, hikmat. Tuhan telah berjanji akan menjadi Allahnya, namun ini tidak berarti Salomo bisa bersantai. Sebaliknya, ia harus mencari hikmat dari Tuhan untuk menjalankan tugasnya dengan benar. Permohonan Salomo yang terkenal untuk mendapatkan hikmat dari Tuhan di awal pemerintahannya adalah respons yang tepat terhadap mandat ilahi ini. Tuhan memberikan hikmat yang luar biasa kepadanya, memungkinkan dia untuk memerintah dengan adil dan membangun Bait Suci yang menjadi keajaiban dunia kuno.
Kisah ini menjadi pengingat abadi tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui orang-orang yang dipilih-Nya. 1 Tawarikh 28:6 menggarisbawahi prinsip penting: bahwa pekerjaan Tuhan seringkali dimulai dengan pilihan yang jelas dan janji ilahi. Namun, kesuksesan pekerjaan tersebut bergantung pada respon manusia—ketaatan, kerendahan hati, dan pencarian hikmat dari Sumbernya. Salomo adalah contoh bagaimana orang yang dipilih dapat memenuhi panggilan mereka, tidak hanya dengan membangun struktur fisik, tetapi juga dengan meletakkan fondasi bagi warisan rohani yang langgeng bagi umat Tuhan.