"Ya TUHAN, Allah kami, semua kelimpahan ini, yang kami sediakan untuk mendirikan rumah bagi nama-Mu yang kudus, adalah dari tangan-Mu, dan semuanya adalah milik-Mu."
Ayat 1 Tawarikh 29:16 adalah sebuah pengakuan yang mendalam dari Raja Daud dan seluruh bangsa Israel. Ayat ini bukan sekadar pernyataan biasa, melainkan sebuah kesadaran spiritual yang diungkapkan di hadapan Tuhan saat mereka mempersiapkan persembahan untuk pembangunan Bait Suci. Inti dari ayat ini adalah pengakuan bahwa segala sesuatu yang mereka miliki, termasuk kelimpahan materi yang mereka sediakan, berasal dari tangan Tuhan sendiri.
Dalam konteks sejarah, Raja Daud telah mengumpulkan kekayaan yang luar biasa untuk tujuan mulia ini. Namun, alih-alih membanggakan pencapaian mereka, Daud justru merendahkan hati dan mengakui sumber dari segala anugerah tersebut. Ini mengajarkan kita sebuah pelajaran berharga tentang kerendahan hati dan kebenaran. Seringkali, ketika kita mencapai keberhasilan atau memiliki banyak hal, kita cenderung lupa bahwa semua itu adalah pemberian. Kita bisa saja merasa bahwa itu adalah hasil kerja keras dan kecerdasan kita semata. Namun, ayat ini mengingatkan bahwa bahkan kerja keras, kecerdasan, dan kesempatan yang ada pun adalah anugerah dari Tuhan.
Keindahan dari ayat ini terletak pada pengakuan total terhadap kedaulatan Tuhan. "Semua kelimpahan ini... adalah dari tangan-Mu, dan semuanya adalah milik-Mu." Pernyataan ini mencakup segala aspek kehidupan: kekuatan, kesehatan, bakat, kesempatan, keluarga, dan materi. Tidak ada yang benar-benar kita miliki secara permanen; semuanya adalah titipan dari Sang Pencipta. Kesadaran ini seharusnya mengubah cara kita memandang dan menggunakan apa yang telah dipercayakan kepada kita. Jika kita sungguh-sungguh percaya bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka kita akan lebih bertanggung jawab dalam mengelolanya. Kita akan menggunakannya bukan untuk kesombongan diri, tetapi untuk kemuliaan nama-Nya dan untuk kebaikan sesama.
Bagaimana kita bisa menerapkan makna 1 Tawarikh 29:16 dalam kehidupan modern kita? Pertama, biasakanlah untuk berdoa dan mengucap syukur atas segala sesuatu, sekecil apapun. Sebelum memulai pekerjaan, saat menerima gaji, atau ketika mendapatkan rezeki tak terduga, luangkan waktu sejenak untuk mengakui bahwa itu adalah berkat Tuhan. Kedua, lihatlah harta benda dan talenta kita bukan sebagai kepemilikan pribadi, tetapi sebagai alat yang dipercayakan Tuhan untuk kita kelola. Ini berarti kita harus bersedia berbagi, memberi perpuluhan, dan menggunakan sumber daya kita untuk melayani orang lain dan pekerjaan Tuhan. Ketiga, hindari kesombongan dan ketamakan. Ketika kita sadar bahwa semua adalah milik Tuhan, kita tidak akan terikat pada materi secara berlebihan dan tidak akan iri pada pencapaian orang lain. Sebaliknya, kita akan merasa damai dan bersyukur dengan apa yang telah diberikan kepada kita.
Pengakuan dalam 1 Tawarikh 29:16 adalah pondasi yang kokoh bagi iman yang teguh. Dengan mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, kita membangun hubungan yang lebih intim dengan-Nya, yang didasari oleh kepercayaan dan penyerahan diri. Ini adalah sumber sukacita yang sejati, karena kita tahu bahwa hidup kita berada dalam kendali tangan kasih dan hikmat-Nya. Mari kita terus menumbuhkan hati yang bersyukur dan mengakui bahwa semua kelimpahan adalah anugerah dari Tuhan.
Baca juga ayat inspiratif lainnya: Kisah Para Rasul 20:35 | Amsal 3:9