Ayat 1 Tawarikh 29:18 merupakan sebuah doa yang mendalam dari Raja Daud di akhir masa pemerintahannya. Dalam ayat ini, Daud tidak hanya memohon berkat bagi dirinya sendiri, tetapi secara khusus ia memohon agar Tuhan menjaga dan membimbing hati umat-Nya. Ini adalah sebuah refleksi dari pemahaman Daud tentang betapa pentingnya ketulusan hati dan pengarahan ilahi dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam melayani Tuhan.
Memahami Maksud dan Pikiran Hati
Permohonan Daud agar Tuhan "mempertahankan... maksud dan pikiran hati umat-Mu ini" menunjukkan kesadaran akan kerapuhan dan kecenderungan hati manusia untuk menyimpang. Pikiran dan maksud hati adalah sumber dari segala tindakan. Jika pikiran dan maksud hati seseorang diarahkan kepada hal-hal yang baik, saleh, dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka tindakan yang dihasilkan pun akan mencerminkan hal tersebut. Sebaliknya, jika hati dipenuhi dengan ambisi duniawi, kesombongan, atau keinginan yang tidak berkenan, maka buahnya adalah dosa dan kehancuran.
Daud, yang telah mengalami pasang surut dalam hidupnya, menyadari bahwa kekuatan manusia semata tidak cukup untuk menjaga kemurnian hati. Ia membutuhkan intervensi ilahi yang terus-menerus. Mempertahankan maksud dan pikiran hati berarti meminta agar Tuhan menjaga fokus umat-Nya tetap tertuju pada-Nya, pada kebenaran-Nya, dan pada rencana-Nya.
Pengarahan Hati kepada Tuhan
Bagian kedua dari doa ini, "dan arahkanlah hati mereka kepada-Mu," adalah inti dari permohonan Daud. Ini bukan sekadar meminta Tuhan untuk menjaga hati agar tidak jatuh, tetapi secara proaktif meminta Tuhan untuk menarik dan mengarahkan hati umat-Nya agar senantiasa terpaut kepada-Nya. Hati yang diarahkan kepada Tuhan adalah hati yang dipenuhi kerinduan akan hadirat-Nya, yang mencari kehendak-Nya dalam setiap keputusan, dan yang memuliakan-Nya dalam segala hal.
Dalam konteks pembangunan Bait Suci, yang merupakan tujuan utama Daud, permohonan ini sangatlah relevan. Ia ingin umat Israel membangun dan melayani Tuhan dengan hati yang tulus, sepenuhnya dikhususkan bagi kemuliaan-Nya. Doa ini mengajarkan kita bahwa segala usaha dan pelayanan terbaik kepada Tuhan tidak akan berarti tanpa hati yang sepenuhnya terarah kepada-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Tuhan, dan hanya dengan pertolongan-Nya kita dapat hidup sesuai kehendak-Nya.
Relevansi Hingga Kini
Doa 1 Tawarikh 29:18 memiliki relevansi yang abadi. Di zaman modern ini, kita dihadapkan pada berbagai macam godaan dan distraksi yang dapat mengalihkan perhatian hati kita dari Tuhan. Media sosial, ambisi karier, materi, dan berbagai kesibukan duniawi dapat dengan mudah merebut fokus hati kita.
Oleh karena itu, doa Daud ini menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa memohon kepada Tuhan agar menjaga dan mengarahkan hati kita. Kita perlu secara sadar meminta Tuhan untuk membersihkan pikiran dan maksud hati kita dari segala sesuatu yang tidak berkenan, dan memohon agar hati kita senantiasa tertuju kepada-Nya. Hanya dengan hati yang murni dan terarah kepada Tuhan, kita dapat mengalami kedamaian sejati, sukacita abadi, dan menjalani hidup yang berkenan di hadapan-Nya, serta menjadi berkat bagi sesama.