Persembahan dengan hati yang tulus
Ayat 1 Tawarikh 29:21 menceritakan sebuah momen puncak dalam sejarah Israel, yaitu ketika bangsa itu, di bawah kepemimpinan Raja Daud, mempersembahkan korban yang sangat besar kepada Tuhan. Peristiwa ini terjadi setelah persiapan yang matang untuk pembangunan Bait Suci oleh Salomo, putra Daud. Kalimat ini bukan sekadar laporan tentang jumlah hewan kurban yang dipersembahkan, melainkan mencerminkan kekayaan spiritual dan ketaatan umat yang luar biasa.
Pengorbanan seribu ekor lembu jantan, seribu ekor domba jantan, dan seribu ekor anak domba jantan, beserta korban curahan dan kurban lainnya, menunjukkan skala komitmen yang luar biasa. Angka-angka ini mungkin tampak fantastis bagi kita saat ini, namun dalam konteks zaman itu, ini adalah persembahan yang sangat berarti. Lebih dari sekadar jumlah, yang terpenting adalah hati yang ada di balik persembahan tersebut. Ayat ini menekankan bahwa persembahan ini dilakukan "untuk seluruh orang Israel," menunjukkan kebersamaan dan kesatuan umat dalam menghormati Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Persembahan dalam bentuk materi, waktu, tenaga, atau talenta, semuanya adalah ungkapan syukur dan pengabdian. Ketika kita memberikan dari kelimpahan yang Tuhan berikan kepada kita, kita menunjukkan penghargaan atas berkat-Nya dan kerelaan kita untuk mendukung pekerjaan-Nya. Raja Daud sendiri telah memberikan kontribusi besar dari hartanya untuk pembangunan Bait Suci (1 Tawarikh 29:3-5), dan kini seluruh bangsa mengikuti jejaknya dengan persembahan yang berlimpah.
Perhatikan pula frasa "beserta korban curahannya dan kurban-kurban lainnya". Ini menunjukkan bahwa persembahan yang diberikan tidak hanya sebatas hewan kurban, tetapi juga meliputi persembahan lain yang melengkapi dan menyempurnakan ibadah. Dalam kehidupan rohani kita, ini bisa diartikan sebagai persembahan yang utuh, mencakup pujian, doa, kesaksian, pelayanan, dan hati yang menyembah. Segala aspek kehidupan kita dapat dipersembahkan kepada Tuhan sebagai bentuk ibadah yang kudus dan berkenan.
Peristiwa ini juga memamerkan anugerah Tuhan yang luar biasa. Tuhan tidak hanya menerima persembahan umat-Nya, tetapi juga memberkati mereka berlimpah. Pemberian yang tulus dan ikhlas dari umat-Nya selalu disambut dengan limpahan berkat dari surga. 1 Tawarikh 29:21 mengingatkan kita bahwa ketika kita memberi, kita tidak akan menjadi miskin, melainkan justru semakin diberkati. Ini adalah prinsip ilahi yang berlaku: semakin kita memberi, semakin banyak yang akan diberikan kepada kita.
Dalam konteks modern, ayat ini menginspirasi kita untuk terus menerus mencari cara-cara baru dan yang lebih baik untuk melayani Tuhan dan sesama. Persembahan kita mungkin tidak selalu dalam bentuk hewan kurban, namun semangat memberi yang tulus, dengan sukacita dan rasa syukur, tetaplah relevan. Marilah kita belajar dari bangsa Israel dalam 1 Tawarikh 29:21, untuk mempersembahkan yang terbaik dari diri kita bagi kemuliaan Tuhan.