"Ruben adalah anak sulung Israel. Tetapi karena ia mencemarkan tempat tidur ayahnya, hak kesulungannya diberikan kepada anak-anak Yusuf, keturunan Israel, dan keturunannya tidak dicatat menurut hak kesulungan."
Ayat 1 Tawarikh 5:3 membuka catatan sejarah penting mengenai silsilah dan kedudukan suku-suku bangsa Israel. Ayat ini secara spesifik menyoroti peristiwa krusial terkait dengan suku Ruben, yang merupakan anak sulung dari Yakub (yang juga dikenal sebagai Israel). Hak kesulungan, sebuah posisi yang sangat dihormati dan membawa tanggung jawab besar dalam masyarakat Israel kuno, semestinya jatuh kepada Ruben. Namun, ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa karena tindakan yang tidak pantas, yaitu mencemarkan tempat tidur ayahnya, hak istimewa tersebut harus berpindah tangan.
Perubahan hak kesulungan ini berdampak signifikan pada penempatan dan pencatatan silsilah suku Ruben di kemudian hari. Meskipun mereka tetap menjadi salah satu dari dua belas suku, posisi terkemuka dan hak-hak khusus yang melekat pada hak kesulungan tidak lagi menjadi milik mereka. Sebaliknya, kedudukan ini dialihkan kepada keturunan Yusuf, yang terpecah menjadi dua suku besar: Efraim dan Manasye. Pergeseran ini bukan sekadar masalah status, melainkan mencerminkan prinsip keadilan ilahi dan konsekuensi dari tindakan seseorang.
Pentingnya ayat ini terletak pada penekanannya terhadap keadilan dan tatanan dalam rencana Tuhan. Meskipun manusia dapat melakukan kesalahan dan menghadapi konsekuensinya, Tuhan tetap memelihara rencana-Nya melalui jalur yang telah ditetapkan. Penolakan hak kesulungan Ruben menjadi pengingat bahwa tanggung jawab besar datang dengan kesucian dan ketaatan. Tindakan Ruben merupakan pelanggaran serius terhadap kesucian keluarga dan kehormatan ayahnya, sebuah pelanggaran yang tidak dapat ditoleransi dalam tatanan sosial dan spiritual Israel.
Kisah ini juga menunjukkan bagaimana Tuhan dapat bekerja melalui peristiwa yang tampaknya negatif untuk memastikan kelangsungan keturunan yang saleh dan kuat bagi bangsa Israel. Dengan memberikan hak kesulungan kepada Yusuf, Tuhan memastikan bahwa warisan dan kekuatan bangsa tersebut akan diteruskan melalui cabang keturunan yang akan memainkan peran penting dalam sejarah Israel, termasuk menjadi tulang punggung kerajaan di kemudian hari. Ayat ini memberikan wawasan mendalam tentang struktur keluarga, prinsip-prinsip ilahi, dan bagaimana sejarah bangsa Israel dibentuk oleh tindakan individu dan campur tangan Tuhan. Hal ini mengajarkan tentang pentingnya integritas, konsekuensi dosa, dan keadilan yang dipegang teguh oleh Tuhan dalam mengatur umat-Nya.