"Dalam kasih setia-Mu, ya TUHAN, hidupkanlah aku, sesuai dengan hukum-Mu."
Mazmur 119 adalah sebuah ode panjang yang merayakan keindahan, kekuatan, dan vitalitas Taurat atau hukum Tuhan. Dalam ayat ke-149, Daud, sang pemazmur, mengungkapkan kerinduan mendalam akan kehidupan yang diberikan oleh kasih setia Tuhan, yang tertanam dalam firman-Nya. Ayat ini bukan sekadar permintaan, melainkan sebuah pengakuan atas ketergantungan total manusia kepada Sang Pencipta untuk memperoleh kehidupan yang sejati dan bermakna.
Kata kunci dalam ayat ini adalah "kasih setia" (hesed dalam bahasa Ibrani) dan "hukum-Mu". Kasih setia Tuhan bukanlah cinta yang berubah-ubah, melainkan kasih yang teguh, tak tergoyahkan, dan selalu ada. Ini adalah janji setia Tuhan kepada umat-Nya, yang memancar dari karakter-Nya yang kudus dan penuh kasih. Di sisi lain, "hukum-Mu" merujuk pada petunjuk, ajaran, dan perintah Tuhan yang diberikan untuk membimbing umat-Nya hidup dalam kebenaran dan kekudusan.
Daud memahami bahwa kehidupan yang sesungguhnya tidak datang dari kekuatan diri sendiri, kekayaan duniawi, atau kebijaksanaan manusia semata. Sebaliknya, kehidupan yang berlimpah ruah, yang memberikan semangat, tujuan, dan keberlangsungan, adalah anugerah yang berasal dari Tuhan. Anugerah ini diungkapkan dan diikat dalam kasih setia-Nya yang kekal, serta diwujudkan melalui ketaatan pada hukum-Nya.
Permohonan "hidupkanlah aku" menunjukkan kesadaran akan kerapuhan dan kefanaan hidup manusia. Tanpa intervensi ilahi, manusia cenderung jatuh ke dalam dosa, keputusasaan, dan kematian rohani. Daud, meskipun seorang raja dan orang pilihan Tuhan, tetap merasakan kebutuhan mendesak akan pemeliharaan dan pembaharuan hidup dari Tuhan. Ini adalah permohonan yang tulus, lahir dari hati yang lapar akan kehadiran Tuhan dan firman-Nya.
Keterkaitan antara kasih setia dan hukum Tuhan menjadi pondasi permohonan ini. Daud memohon untuk dihidupkan bukan semata-mata karena ingin bernapas, tetapi karena ingin hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hukum Tuhan dipandang sebagai sumber kehidupan, bukan sebagai beban yang memberatkan. Dengan mematuhi firman Tuhan, seseorang tidak hanya menjauhi kebinasaan, tetapi juga menemukan makna dan tujuan hidup yang abadi. Kasih setia Tuhan menjadi kekuatan yang memungkinkan seseorang untuk taat, sementara hukum-Nya menjadi peta jalan menuju kehidupan yang memuliakan Dia.
Di era modern yang serba cepat dan penuh godaan, permohonan Mazmur 119:149 tetap sangat relevan. Kita seringkali merasa lelah, hampa, dan kehilangan arah. Teknologi, hiburan, dan kesibukan duniawi seringkali menjanjikan kebahagiaan palsu yang justru mengeringkan jiwa. Dalam situasi inilah, kita dipanggil untuk kembali merenungkan Mazmur 119:149.
Kita perlu mengakui bahwa sumber kehidupan sejati ada pada Tuhan. Kasih setia-Nya senantiasa menunggu untuk kita alami, dan firman-Nya memberikan petunjuk yang jelas untuk menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya. Membaca, merenungkan, dan menerapkan prinsip-prinsip dalam firman Tuhan adalah cara untuk "dihidupkan" secara rohani. Ini berarti menemukan kembali semangat, kejelasan, dan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan, dengan keyakinan bahwa kita hidup di dalam kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan, sesuai dengan hukum-Nya yang menuntun pada kehidupan kekal.
Oleh karena itu, marilah kita terus menerus mengangkat permohonan yang sama kepada Tuhan: "Dalam kasih setia-Mu, ya TUHAN, hidupkanlah aku, sesuai dengan hukum-Mu." Amin.