1 Tawarikh 6:12 - Janji Kesetiaan Allah

"Dan ia melakukan apa yang tepat di mata TUHAN, sama seperti Daud, ayahnya."

Ayat 1 Tawarikh 6:12 membawa kita pada pengenalan singkat namun mendalam tentang karakter dan tindakan seorang tokoh penting dalam sejarah Israel. Ayat ini secara ringkas menyatakan, "Dan ia melakukan apa yang tepat di mata TUHAN, sama seperti Daud, ayahnya." Pernyataan ini merujuk kepada Hizkia, seorang raja Yehuda yang dikenal karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Membandingkannya dengan Daud, raja pertama Israel yang diagungkan, menempatkan Hizkia pada standar tertinggi kepemimpinan rohani.

Daud dikenal bukan hanya sebagai seorang pejuang yang gagah berani, tetapi lebih dari itu, sebagai "seorang yang berkenan di hati Allah" (Kisah Para Rasul 13:22). Ia adalah seorang penyembah, pemazmur, dan seseorang yang terus menerus mencari kehendak Tuhan. Meskipun Daud juga memiliki kesalahan, rekaman Alkitab menunjukkan penyesalannya yang mendalam dan bagaimana ia senantiasa kembali kepada Tuhan. Ketika 1 Tawarikh 6:12 menyatakan Hizkia bertindak "sama seperti Daud, ayahnya," ini bukan sekadar pernyataan kesamaan historis, melainkan penegasan atas komitmen rohani yang mendalam.

Apa artinya "melakukan apa yang tepat di mata TUHAN"? Ini mencakup berbagai aspek kehidupan seorang pemimpin dan pribadi. Pertama, ini berarti memelihara ibadah yang murni sesuai dengan ketetapan Tuhan. Hizkia, seperti Daud, aktif dalam memulihkan ibadah dan menyingkirkan berhala-berhala serta praktik penyembahan asing yang telah merusak umat Allah. Ia mengembalikan Bait Suci menjadi pusat penyembahan yang semestinya, memastikan korban persembahan dan pujian dipersembahkan dengan benar.

Kedua, ini melibatkan penegakan keadilan dan integritas dalam pemerintahan. Raja yang tepat di mata Tuhan tidak hanya peduli pada urusan spiritual, tetapi juga pada kesejahteraan rakyatnya, memastikan mereka diperlakukan dengan adil dan tidak ditindas. Daud, meskipun kadang-kadang jatuh, secara umum berusaha untuk memerintah dengan bijaksana. Hizkia melanjutkan warisan ini, dan kesetiaannya kepada Tuhan tercermin dalam pemerintahannya yang membawa pemulihan dan kedamaian bagi Yehuda, terutama saat menghadapi ancaman dari Asyur.

Perbandingan dengan Daud juga menyoroti semangat pertobatan dan ketergantungan pada Tuhan. Ketika menghadapi kesulitan, baik Hizkia maupun Daud, tidak bersandar pada kekuatan sendiri, melainkan mencari pertolongan dari Allah. Ayat ini, dalam kesederhanaannya, mengingatkan kita bahwa teladan kepemimpinan yang sejati adalah yang berakar pada ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Ini adalah janji ilahi: ketika umat-Nya, khususnya para pemimpin mereka, berusaha hidup benar di hadapan-Nya, Allah akan menyertai dan memberkati. Kesetiaan Hizkia adalah cerminan kesetiaan Allah yang abadi kepada umat-Nya.