Kitab Tawarikh merupakan catatan sejarah yang sangat penting dalam Alkitab, yang berfokus pada garis keturunan dan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Israel. Pasal 6 dalam kitab ini secara khusus menguraikan silsilah dari suku Lewi, suku yang dipilih Tuhan untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian di Bait Suci. Ayat 19 dari pasal 6 ini menyoroti hubungan penting antara Harun, Musa, dan saudara-saudara mereka, yang semuanya berasal dari garis keturunan Lewi, dalam konteks pelayanan mereka yang pertama kali di Kemah Pertemuan.
Fokus ayat ini bukan hanya pada siapa saja yang terlibat, tetapi juga pada apa yang mereka lakukan. Penyebutan "kemah pertemuan itu" mengacu pada tempat ibadah sementara yang didirikan di padang gurun setelah bangsa Israel keluar dari Mesir. Ini adalah pusat ibadah dan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Di sinilah peran Harun dan Musa, serta saudara-saudara mereka dari suku Lewi, menjadi sangat krusial. Mereka adalah orang-orang yang dipercayakan untuk membangun, memelihara, dan melaksanakan seluruh aspek pelayanan ritual di hadapan Tuhan.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan tentang "mezbah persembahan korban bakaran itu". Penting untuk dicatat bahwa mereka mendirikan mezbah ini "sebelum adanya mezbah korban bakaran itu", yang mungkin merujuk pada mezbah yang lebih permanen atau yang ditahbiskan secara khusus. Namun, poin utamanya adalah mereka segera menetapkan tempat untuk mempersembahkan korban. Ini menunjukkan betapa sentralnya konsep korban dalam ibadah kepada Tuhan. Korban bakaran dan korban sajian adalah cara umat Israel untuk menyatakan kesetiaan, pengakuan dosa, rasa syukur, dan persekutuan dengan Tuhan.
Peran Harun sebagai imam besar dan Musa sebagai pemimpin spiritual bangsa sangatlah vital. Mereka memimpin seluruh proses ini, memastikan bahwa segala sesuatu dilakukan sesuai dengan perintah Tuhan. Keterlibatan "saudara-saudara mereka" menekankan sifat kolektif dari pelayanan ini. Suku Lewi secara keseluruhan memiliki peran yang beragam dalam pelayanan Kemah Suci, mulai dari mengangkat dan memindahkan Kemah hingga menjaga dan melaksanakan berbagai tugas ritual. Ayat ini memberikan gambaran awal tentang bagaimana struktur pelayanan Lewi mulai beroperasi sejak awal perjalanan bangsa Israel.
Ayat 1 Tawarikh 6:19 ini menjadi pengingat penting tentang perintah Tuhan untuk ibadah yang teratur dan penyerahan diri. Pelayanan suku Lewi, yang dimulai dengan Harun, Musa, dan saudara-saudara mereka di Kemah Pertemuan, adalah pola awal dari apa yang kemudian dikembangkan di Bait Suci di Yerusalem. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki umat-Nya untuk mendekat kepada-Nya melalui cara yang telah Dia tetapkan, yang seringkali melibatkan pengorbanan dan pelayanan.
Lebih jauh lagi, ayat ini menegaskan betapa pentingnya garis keturunan dalam rencana Tuhan. Pemilihan suku Lewi dan penunjukan keluarga Harun sebagai imam bukan tanpa alasan. Ini adalah bagian dari rencana kekal Tuhan untuk menyediakan jalan keselamatan bagi manusia. Dengan memahami silsilah dan peran mereka, kita dapat lebih menghargai bagaimana Tuhan bekerja melalui individu dan keluarga untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar.
Bagi para pembaca Alkitab, ayat ini memberikan konteks historis dan teologis yang berharga tentang ibadah Israel kuno. Ini membantu kita melihat gambaran yang lebih luas tentang bagaimana umat Tuhan berinteraksi dengan-Nya di masa lalu, dan bagaimana prinsip-prinsip ibadah dan pelayanan tetap relevan hingga kini. Pelayanan Harun, Musa, dan suku Lewi merupakan fondasi penting bagi kelangsungan spiritual bangsa Israel, dan kisah mereka terus menginspirasi.