1 Tawarikh 6:79

"Ia menetapkan tempat di atas mezbah untuk menyalakan api, terus-menerus membakar korban bakaran, seperti yang diperintahkan oleh Musa, hamba Allah."
Syukur Persembahan Doa

Ayat dari Kitab 1 Tawarikh pasal 6, ayat 79, membawa kita pada gambaran penting tentang tatanan ibadah di masa lalu, khususnya terkait dengan tugas para imam dan Lewi. Kalimat ini secara spesifik menyoroti penetapan tempat di atas mezbah untuk menyalakan api, yang berfungsi untuk membakar korban bakaran secara terus-menerus. Perintah ini bukan sekadar detail teknis, melainkan sebuah fondasi penting dalam cara bangsa Israel beribadah kepada Tuhan.

Fungsi dari mezbah ini adalah sebagai pusat persembahan korban. Dalam tradisi Perjanjian Lama, korban bakaran adalah bentuk penyembahan yang paling umum, melambangkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, pendamaian atas dosa, dan ungkapan rasa syukur yang mendalam. Api yang terus-menerus menyala menunjukkan bahwa ibadah dan hubungan dengan Tuhan adalah sesuatu yang berkelanjutan, bukan hanya dilakukan sesekali. Ini adalah pengingat konstan akan kehadiran Tuhan dan kebutuhan umat-Nya untuk terus menerus mendekat kepada-Nya.

Penyebutan "seperti yang diperintahkan oleh Musa, hamba Allah" sangatlah krusial. Hal ini menegaskan bahwa tatanan ibadah ini berasal langsung dari firman Tuhan yang disampaikan melalui Musa. Musa adalah tokoh sentral dalam pembentukan hukum dan ibadah bagi bangsa Israel di padang gurun. Perintah-perintahnya bukan sekadar arahan manusia, tetapi merupakan otoritas ilahi yang harus ditaati dengan setia. Kepatuhan terhadap perintah Tuhan melalui hamba-Nya adalah inti dari kesalehan dan kesetiaan umat.

Dalam konteks yang lebih luas, 1 Tawarikh 6:79 memberikan gambaran tentang bagaimana Bait Suci atau Kemah Suci menjadi pusat kehidupan rohani bangsa Israel. Mezbah adalah tempat di mana umat dapat datang untuk mempersembahkan korban, mencari pengampunan, dan menyembah Tuhan. Keberadaan api yang terus menyala menjadi simbol semangat yang membara dalam menyembah Tuhan, serta kebaikan dan pemeliharaan-Nya yang tak pernah padam.

Makna dari ayat ini juga dapat kita terapkan dalam kehidupan rohani kita saat ini. Meskipun kita tidak lagi mempersembahkan korban fisik seperti di Perjanjian Lama, kita dipanggil untuk mempersembahkan "korban syukur" (Ibrani 13:15), yaitu hidup yang dikuduskan, doa, pujian, dan pelayanan kepada sesama. Mazbah ibadah kita adalah hati kita yang menyerah sepenuhnya kepada Kristus. Api yang terus menyala dapat dimaknai sebagai semangat yang berapi-api dalam iman, kerinduan yang terus-menerus untuk mengenal Tuhan lebih dalam, dan kasih yang tak pernah padam bagi sesama.

Memahami ayat seperti 1 Tawarikh 6:79 mengingatkan kita akan pentingnya keteraturan, kekudusan, dan kepatuhan dalam beribadah. Ini adalah warisan berharga yang mengajarkan kita untuk menjaga api kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan tetap menyala, sebagaimana diperintahkan-Nya, agar hubungan kita dengan-Nya senantiasa hidup dan bermakna. Mari kita jadikan hidup kita sebagai mezbah persembahan yang terus-menerus membakar korban syukur dan pujian bagi Tuhan.