Kitab 1 Tawarikh merupakan catatan silsilah dan sejarah penting dalam Perjanjian Lama, yang menghubungkan umat Israel dengan janji-janji Allah. Pasal 9, khususnya ayat 11, menyoroti peran krusial para imam dalam tatanan ibadah dan kehidupan spiritual bangsa. Ayat ini menyebutkan nama Azarya, yang memegang posisi sebagai imam besar dan pemimpin di rumah Allah. Kehadiran dan identitas imam besar ini bukan sekadar nama, melainkan fondasi dari organisasi keagamaan pada zamannya.
Imam besar memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Ia adalah perantara utama antara Tuhan dan umat-Nya, menjalankan tugas-tugas sakral seperti mempersembahkan korban, memimpin ibadah, dan memberikan bimbingan rohani. Posisi ini bukanlah sesuatu yang bisa diraih sembarangan, melainkan merupakan bagian dari keturunan yang ditetapkan, dalam hal ini, dari garis keturunan Harun. Penyebutan silsilah Azarya, dari Mesulam, Zadok, Merayot, hingga Ahitub, menegaskan legitimasi dan kesinambungan pelayanannya.
Representasi visual Bait Allah dengan simbol kemuliaan dan pelayanan.
Peran imam besar seperti Azarya sangat vital dalam menjaga kesucian Bait Allah. Ia bertanggung jawab atas semua urusan yang berkaitan dengan tempat ibadah, termasuk pengawasan terhadap para imam dan Lewi lainnya yang bertugas. Tugas mereka mencakup menjaga agar semua ritual dijalankan sesuai dengan hukum Taurat, memastikan kelengkapan perlengkapan ibadah, dan memelihara ketertiban di lingkungan Bait Allah. Mereka juga berperan dalam mengajarkan hukum Tuhan kepada umat.
Fokus pada kepemimpinan di "rumah Allah" menunjukkan bahwa Bait Suci bukan hanya bangunan fisik, tetapi pusat kehidupan spiritual dan teologis bagi Israel. Keberadaan imam besar yang kompeten dan setia seperti Azarya menjadi jaminan bahwa penyembahan kepada Tuhan dapat berlangsung dengan benar dan berkenan di hadapan-Nya. Ini juga menekankan pentingnya struktur dan organisasi dalam ibadah, agar segala sesuatu dilakukan dengan tertib dan hormat kepada Tuhan.
Dalam konteks sejarah yang lebih luas, kitab 1 Tawarikh seringkali ditulis setelah pembuangan ke Babel, dengan tujuan untuk mengingatkan umat Israel tentang identitas mereka, janji-janji Allah, dan pentingnya kembali kepada kesetiaan kepada Tuhan. Penekanan pada peran imam besar di Bait Allah pada masa awal merupakan pengingat akan kemuliaan masa lalu dan harapan akan pemulihan di masa depan. Ayat 1 Tawarikh 9:11 ini, dengan demikian, menjadi jendela untuk memahami struktur kepemimpinan spiritual dan tanggung jawab yang diemban oleh para pelayan Tuhan dalam sejarah Israel kuno.
Keberadaan imam besar yang memimpin rumah Allah menegaskan bahwa pelayanan kepada Tuhan memerlukan kepemimpinan yang kuat, pengabdian yang tulus, dan pengetahuan yang mendalam tentang firman Tuhan. Tugas-tugas yang diemban oleh Azarya dan para imam lainnya adalah pondasi yang memungkinkan umat Israel untuk terus terhubung dengan Tuhan dan menjalankan kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya struktur dalam gereja dan perlunya individu yang dipanggil dan diperlengkapi untuk memimpin dalam ibadah dan pelayanan.