Firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Yesaya pasal 44, ayat 19, merupakan sebuah panggilan retoris yang kuat. Peringatan ini seolah menggugah kesadaran hati yang tertidur, menantang kita untuk membuka mata, telinga, dan pikiran kita terhadap realitas yang telah ada sejak awal penciptaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan – "Tidakkah kamu memerhatikan? Tidakkah kamu menaruh perhatian? Tidakkah kamu memikirkannya sejak dahulu kala? Tidakkah kamu mengerti apa yang telah terjadi sejak bumi dijadikan?" – bukanlah pertanyaan tanpa jawaban, melainkan sebuah ajakan untuk merenung dan memahami.
Dalam konteksnya, ayat ini berbicara tentang kesadaran spiritual dan penolakan terhadap penyembahan berhala. Nabi Yesaya sedang mengkritik keras tindakan umat Israel yang berpaling dari Tuhan yang Maha Pencipta untuk menyembah patung-patung buatan tangan manusia. Patung-patung itu, meskipun dibuat dengan keahlian, tidak memiliki kehidupan, kekuatan, atau hikmat yang sejati. Mereka adalah benda mati yang tidak dapat melihat, mendengar, merasakan, atau bertindak. Mengapa seseorang, apalagi umat pilihan Tuhan, mau membuang-buang waktu dan harapan mereka untuk menyembah sesuatu yang kosong dan tak berdaya?
Pertanyaan-pertanyaan dalam Yesaya 44:19 mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri dan ke dalam dunia di sekitar kita. Apakah kita telah memberikan perhatian yang cukup kepada kebesaran ciptaan Tuhan? Apakah kita telah merenungkan karya-karya-Nya yang menunjukkan hikmat dan kuasa-Nya yang tak terbatas? Sejak zaman kuno, Tuhan telah menyatakan diri-Nya melalui alam semesta yang luar biasa ini. Langit yang bertabur bintang, bumi yang subur, keajaiban kehidupan yang beraneka ragam – semua ini adalah saksi bisu akan kebesaran Pencipta.
Lebih dari sekadar pengamatan alam, ayat ini juga menantang kita untuk memahami sejarah dan rancangan Tuhan. Ia bertanya, "Tidakkah kamu mengerti apa yang telah terjadi sejak bumi dijadikan?" Ini mengacu pada tindakan-tindakan Tuhan sepanjang sejarah, janji-janji-Nya, dan bagaimana Ia bekerja dalam kehidupan umat-Nya. Memahami hal ini membutuhkan lebih dari sekadar melihat sekilas; ia membutuhkan perenungan yang mendalam dan iman yang teguh.
Di zaman modern ini, di mana informasi berlimpah ruah dan gangguan begitu mudah datang, seruan untuk "memerhatikan" dan "menaruh perhatian" menjadi semakin relevan. Kita seringkali tenggelam dalam kesibukan duniawi, teralihkan oleh tren sesaat, atau terbuai oleh kemudahan teknologi. Namun, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa ada hal-hal yang jauh lebih penting untuk diperhatikan. Ada kebenaran abadi yang layak direnungkan, ada kasih yang tak terbatas yang patut disyukuri, dan ada kehidupan kekal yang harus diperjuangkan.
Yesaya 44:19 adalah pengingat yang indah bahwa Tuhan telah menyediakan banyak bukti kebesaran-Nya, baik dalam ciptaan maupun dalam firman-Nya. Tugas kita adalah membuka hati dan pikiran kita, secara aktif mencari dan merenungkan kebenaran-Nya. Dengan memperhatikan, kita dapat mengerti, dan dengan mengerti, kita dapat hidup dalam iman yang lebih kuat dan hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta. Mari kita jawab panggilan Tuhan ini dengan hati yang terbuka dan pikiran yang siap belajar.