"Tetapi Allah setia pada janji-Nya, sehingga perkataan kami kepada kamu bukanlah 'ya' dan 'tidak'."
Ayat 2 Korintus 1:18 adalah sebuah pernyataan iman yang fundamental dan menguatkan tentang sifat Allah. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menekankan bahwa kesetiaan Allah bukanlah sekadar konsep abstrak, melainkan sebuah kenyataan yang teruji dan menjadi dasar bagi segala janji-Nya. Ketika Paulus menyatakan, "Tetapi Allah setia pada janji-Nya," ia sedang menegaskan bahwa setiap firman yang keluar dari mulut Allah, setiap perjanjian yang Dia buat, akan selalu digenapi. Tidak ada keraguan, tidak ada pengabaian, tidak ada perubahan dalam kesetiaan-Nya.
Pentingnya kebenaran ini terlihat ketika Paulus melanjutkan dengan mengatakan, "sehingga perkataan kami kepada kamu bukanlah 'ya' dan 'tidak'." Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan dan ajaran yang disampaikan oleh para rasul, termasuk Paulus sendiri, mencerminkan karakter Allah yang setia. Mereka tidak menyampaikan pesan yang ambigu, yang berubah-ubah seperti angin. Sebaliknya, pemberitaan mereka adalah 'ya' yang teguh dalam Kristus. Segala sesuatu yang diikrarkan dan dijanjikan Allah dalam Kristus memiliki kepastian 'ya'. Tidak ada 'tidak' yang membatalkannya.
Dalam konteks jemaat Korintus yang seringkali menghadapi berbagai tantangan, perpecahan, dan keraguan, penegasan kesetiaan Allah ini menjadi jangkar yang kokoh. Paulus mengingatkan mereka bahwa meskipun ada kesulitan, bahkan terkadang pengalaman yang tampak seperti kekecewaan atau ketidakpastian, sumber dari segala kepastian adalah Allah itu sendiri. Kesetiaan-Nya menjadi jaminan bahwa rencana-Nya akan selalu terwujud, dan janji-janji-Nya dalam Kristus adalah pasti.
Kesetiaan Allah ini memiliki implikasi besar bagi kehidupan orang percaya. Pertama, ini memberikan kepastian di tengah ketidakpastian dunia. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan perubahan, di mana janji manusia seringkali rapuh. Namun, kesetiaan Allah adalah konstan. Kita dapat bersandar pada janji-janji-Nya untuk masa depan, untuk kekuatan di masa sulit, dan untuk pengampunan dosa. Kedua, ini menuntut kesetiaan dari kita. Ketika kita menyadari betapa setianya Allah kepada kita, kita dipanggil untuk membalas kesetiaan-Nya melalui ketaatan, kepercayaan, dan hidup yang memuliakan nama-Nya.
Perkataan Paulus ini juga menjadi pengingat bagi para pemimpin rohani dan setiap orang yang menyampaikan firman. Pemberitaan kita harus selalu selaras dengan kebenaran Allah yang tidak berubah. Kita tidak boleh memberikan harapan palsu atau pesan yang membingungkan. Sebaliknya, kita dipanggil untuk menjadi penyalur 'ya' Allah yang teguh dalam Kristus, yang memberikan pengharapan dan kepastian. Melalui kesetiaan-Nya yang tidak pernah goyah, Allah memberikan dasar yang kokoh bagi iman kita dan motivasi untuk hidup dengan integritas dan kebenaran, menegaskan bahwa setiap janji-Nya adalah pasti dan kekal.
Kesimpulannya, 2 Korintus 1:18 adalah deklarasi kebenaran ilahi yang memberikan ketenangan dan keyakinan. Kesetiaan Allah adalah fondasi iman Kristen, yang memastikan bahwa janji-janji-Nya adalah 'ya' dalam Kristus, bukan 'ya' dan 'tidak'.
Temukan lebih banyak tentang kesetiaan Tuhan.