"Ketika raja Hizkia mendengar itu, ia mengoyakkan pakaiannya, berselubung ratapan dan masuk ke dalam rumah TUHAN." - 2 Raja-raja 19:1
Kisah yang tercatat dalam 2 Raja-raja pasal 19 menceritakan tentang momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, ketika ancaman dari Kerajaan Asyur terasa begitu nyata dan menakutkan. Raja Hizkia, pemimpin yang dikenal saleh, dihadapkan pada situasi yang menguji imannya hingga ke titik terendah. Ancaman dari Sanherib, raja Asyur yang perkasa, bukan hanya sekadar ancaman militer, tetapi juga ancaman terhadap keberadaan dan identitas bangsa Yehuda sendiri, bahkan terhadap kepercayaan mereka kepada TUHAN.
Saat mendengar berita mengenai penghinaan terhadap TUHAN dan penolakan terhadap permintaan damai, reaksi pertama Hizkia adalah tindakan pengagungan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Mengoyakkan pakaian adalah simbol kesedihan dan kerendahan hati yang mendalam. Memasuki rumah TUHAN dalam keadaan berselubung ratapan menunjukkan bahwa dalam keputusasaan terbesarnya, Hizkia tidak mencari solusi pada kekuatan manusia, tetapi pada Sang Penguasa Semesta. Ini adalah momen di mana keputusasaan duniawi bertemu dengan pengharapan ilahi.
Dalam pasal ini, kita melihat sebuah pola yang sering kali berulang dalam perjalanan iman: cobaan yang besar seringkali mengarah pada kedekatan yang lebih dalam dengan Tuhan. Hizkia tidak hanya berdoa, tetapi ia juga mengutus para pejabatnya untuk mencari nabi Yesaya agar menyampaikan pesan kerendahan hati dan permohonan pertolongan kepada Tuhan. Ini menunjukkan kesadaran bahwa Tuhan berkuasa atas segalanya, bahkan atas takdir kerajaan-kerajaan duniawi yang paling kuat sekalipun. Pesan dari Yesaya yang diterima Hizkia adalah janji penyelamatan, bukan berdasarkan kekuatan Hizkia, melainkan karena kedaulatan dan belas kasihan Tuhan.
Kisah ini mencapai puncaknya dengan intervensi ilahi yang luar biasa. Ketika pasukan Asyur sudah begitu dekat dengan Yerusalem, Tuhan mengirimkan malaikat-Nya yang membinasakan 185.000 prajurit Asyur dalam satu malam. Kejadian dramatis ini bukan hanya penyelamatan fisik bagi Yehuda, tetapi juga sebuah pengajaran yang tegas bagi Sanherib dan bangsa-bangsa lain mengenai siapa Tuhan yang sebenarnya. Sanherib terpaksa mundur dengan kehinaan, meninggalkan rencana penaklukannya.
Inti dari 2 Raja-raja 19 adalah kebangkitan iman di tengah ancaman yang paling mencekam. Ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam setiap kesulitan, penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan kepercayaan pada kuasa-Nya adalah jalan menuju kemenangan yang sejati. Keadaan yang tampaknya mustahil dapat diatasi ketika kita mempercayakan semuanya kepada Tuhan, seperti yang dilakukan oleh raja Hizkia. Kisah ini menjadi sumber inspirasi dan pengingat abadi akan janji Tuhan untuk melindungi umat-Nya yang berseru kepada-Nya dalam iman.