"Lalu matilah Yoas itu, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Dan Amasia, anaknya, naik menggantikan dia menjadi raja."
Ayat penutup dari pasal kesepuluh kitab 2 Raja-Raja ini memperkenalkan kita pada transisi kekuasaan yang terjadi di Yehuda, merujuk pada akhir masa pemerintahan Raja Yoas. Meskipun ayat ini singkat, ia membawa implikasi signifikan terhadap narasi sejarah Israel, khususnya yang berkaitan dengan stabilitas dan kelangsungan dinasti kerajaan. Pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks masa pemerintahan Yoas dan apa yang diwakilinya dalam gambaran yang lebih besar sangatlah penting.
Raja Yoas memerintah Yehuda selama empat puluh tahun. Periode pemerintahannya dimulai pada masa yang penuh tantangan, di mana ia naik tahta pada usia muda setelah pembunuhan tragis yang menimpa ayahnya, Raja Ahazia. Keberadaannya di tahta berkat peran penting ibunya, Yoyada, seorang imam besar yang memiliki pengaruh besar dalam memulihkan stabilitas setelah masa kekacauan dan pemujaan berhala yang meluas di bawah dinasti Ahab dari Israel.
Salah satu pencapaian terbesar Yoas, yang sangat dibantu oleh Yoyada, adalah pemulihan Bait Allah di Yerusalem. Bait itu telah dirusak dan diabaikan selama pemerintahan raja-raja sebelumnya, yang lebih memilih untuk membangun mezbah-mezbah bagi dewa-dewa lain. Dengan tekad yang kuat dan pengumpulan dana yang berhasil, Yoas memastikan bahwa Bait Allah direnovasi dan dikembalikan kejayaannya, sebagai pusat ibadah dan spiritualitas bagi umat Israel. Tindakan ini menegaskan kembali peran sentral Yerusalem sebagai pusat keagamaan.
Namun, seiring berjalannya waktu dan setelah kematian penasihat setianya, Yoyada, arah pemerintahan Yoas mulai berubah. Ia terpengaruh oleh para pejabat Yehuda yang mengarahkannya kembali ke jalan pemujaan berhala dan meninggalkan TUHAN. Hal ini akhirnya berujung pada pengadilan ilahi, yang mengejutkan dan tragis. Ia dibunuh oleh hamba-hambanya sendiri di istana, sebuah akhir yang menyedihkan bagi seorang raja yang pernah menunjukkan potensi besar untuk membawa bangsanya kembali kepada Allah.
Ayat 2 Raja-Raja 10:35, meskipun hanya ringkasan kematiannya, menutup babak kehidupan seorang raja yang memiliki sisi terang dan gelap. Ia dikuburkan di Kota Daud, tempat peristirahatan para raja Yehuda, sebuah kehormatan yang menandakan posisinya dalam silsilah kerajaan. Peralihan kekuasaan kepada putranya, Amasia, membuka lembaran baru bagi kerajaan Yehuda, namun juga membawa serta warisan dari keputusan-keputusan yang dibuat di masa pemerintahan Yoas.
Kisah Yoas, sebagaimana dicatat dalam 2 Raja-Raja, berfungsi sebagai pengingat penting tentang pentingnya kesetiaan yang teguh kepada Allah. Ia menunjukkan bahwa bahkan seorang raja yang pernah melakukan hal yang benar, jika ia berpaling dari TUHAN, dapat menghadapi konsekuensi yang serius. Kisahnya menggarisbawahi bahwa kepemimpinan yang saleh bukanlah tentang satu tindakan baik, tetapi tentang kesetiaan yang berkelanjutan kepada prinsip-prinsip ilahi. Pemakaman yang terhormat tidak dapat sepenuhnya mengkompensasi penyimpangan spiritual yang terjadi di akhir masa pemerintahannya.