Kisah yang tertulis dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 13, ayat 19, menceritakan sebuah peristiwa yang luar biasa, sebuah demonstrasi kekuatan ilahi yang tersembunyi dalam kematian seorang hamba Tuhan. Di tengah masa-masa sulit bagi bangsa Israel, ketika kekuasaan asing semakin mengancam, nama Elisa sang nabi menjadi simbol harapan dan perlindungan. Peristiwa ini terjadi setelah kematian Elisa, namun dampaknya terhadap kehidupan masih sangat nyata.
Seorang pria Israel, dalam pelarian atau situasi yang mendesak, tewas dan mayatnya dilemparkan ke dalam kuburan nabi Elisa. Alih-alih mengalami kebobrokan yang biasa terjadi pada jenazah, apa yang terjadi sungguh di luar nalar manusia. Begitu mayat orang malang itu menyentuh tulang-tulang Elisa, seketika itu juga ia hidup kembali. Kejadian ini bukan sekadar cerita rakyat atau legenda, melainkan penegasan yang kuat tentang kuasa Allah yang bekerja bahkan melalui benda mati yang pernah didiami oleh Roh-Nya.
Ayat ini menyoroti dua aspek penting. Pertama, kesakralan dan kehormatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang setia. Elisa adalah seorang nabi yang hidupnya sepenuhnya didedikasikan untuk melayani Tuhan. Kehidupan yang saleh dan pelayanan yang tak kenal lelah menjadikan tubuh dan bahkan sisa-sisa tubuhnya memiliki potensi untuk menjadi saluran kuasa ilahi. Tulang-tulangnya, yang pernah menopang sosok yang begitu dekat dengan Allah, kini menjadi wadah bagi mukjizat kebangkitan.
Kedua, ayat ini menggarisbawahi sifat kuasa Allah yang tidak terbatas. Kuasa-Nya tidak terikat oleh hukum alam, tidak terhalang oleh kematian, dan dapat bekerja melalui cara-cara yang paling tidak terduga. Kematian seringkali dipandang sebagai akhir dari segalanya, namun dalam konteks ini, kematian Elisa menjadi awal dari sebuah kebangkitan. Sentuhan pada tulang-tulangnya memulihkan kehidupan pada seseorang yang telah mati, menunjukkan bahwa Allah adalah Sumber kehidupan yang abadi. Ini adalah janji dan kekuatan yang melampaui segala keterbatasan duniawi.
Kisah 2 Raja-raja 13:19 mengajarkan kita untuk tidak meremehkan kesetiaan. Kesetiaan kepada Tuhan, meskipun seringkali tidak terlihat dan tidak dihargai oleh dunia, sesungguhnya memiliki nilai yang kekal di mata-Nya. Kehidupan yang dijalani dalam ketaatan dan pelayanan dapat menjadi saksi yang hidup, bahkan setelah orang tersebut tiada. Lebih jauh lagi, peristiwa ini memberikan pengharapan bahwa Allah memiliki kuasa untuk memulihkan, menghidupkan kembali, dan melakukan hal-hal yang mustahil bagi manusia. Di dunia yang seringkali dipenuhi dengan keputusasaan, ayat ini bersinar sebagai mercusuar kebenaran tentang kuasa Allah yang tak terbatas dan kasih-Nya yang memulihkan.