Ilustrasi: Kitab Pustaka Suci
Ayat 2 Raja-raja 15:36 merujuk pada akhir dari narasi mengenai pemerintahan Yotam, salah satu raja Yehuda. Penting untuk dicatat bahwa ayat ini, bersama dengan keseluruhan Kitab 2 Raja-raja, merupakan bagian dari kronik sejarah yang mencatat kehidupan dan pemerintahan para raja Israel dan Yehuda, khususnya dari perspektif seorang penulis yang beriman. Penulis ini tidak hanya merekam peristiwa politik dan militer, tetapi juga memberikan penilaian spiritual terhadap tindakan para raja tersebut, menyoroti kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan.
Dalam konteks 2 Raja-raja 15, Yotam digambarkan sebagai seorang raja yang relatif baik. Ia memerintah selama dua puluh lima tahun di Yerusalem. Berbeda dengan banyak raja sebelumnya dan sesudahnya, Yotam disebut sebagai raja yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah merajalela di kalangan raja-raja Yehuda lainnya. Salah satu tindakannya yang menonjol adalah pembangunan Gerbang Atas Rumah TUHAN, yang menunjukkan komitmennya terhadap ibadah dan Bait Suci. Ia juga membangun kota-kota di daerah perbukitan Yehuda dan mendirikan benteng-benteng serta menara-menara di hutan. Tindakan-tindakan ini mencerminkan stabilitas dan kemakmuran yang dialami Yehuda di bawah pemerintahannya.
Ayat terakhir ini menegaskan bahwa detail lengkap mengenai pemerintahan Yotam, termasuk segala tindakan dan pertempuran yang ia jalani, tercatat dalam kitab sejarah yang lebih luas. Frasa "Kitab Sejarah raja-raja Yehuda" mengacu pada sumber-sumber sejarah yang digunakan oleh para penulis Alkitab untuk menyusun kronik kerajaan. Kitab-kitab ini mungkin merupakan catatan resmi kerajaan yang sekarang tidak lagi lengkap atau bahkan hilang. Namun, bagian yang dianggap penting untuk penyampaian pesan teologis dan spiritual telah dilestarikan dalam Kitab 2 Raja-raja. Ini menunjukkan bahwa Alkitab bukan hanya kumpulan cerita, tetapi juga hasil dari pengumpulan, penulisan, dan penyuntingan yang cermat dari berbagai sumber sejarah, dengan fokus pada makna rohani dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Penyebutan kitab sejarah ini juga memberikan legitimasi pada narasi yang disajikan dalam 2 Raja-raja. Penulisannya dimaksudkan agar pembaca dapat memahami bahwa apa yang mereka baca didasarkan pada catatan-catatan yang ada pada zamannya. Meskipun kitab-kitab sejarah tersebut mungkin tidak sepenuhnya tersedia bagi kita saat ini, ayat seperti 2 Raja-raja 15:36 mengingatkan kita akan kekayaan literatur dan arsip yang pernah ada di zaman kuno. Ini juga menjadi pengingat bahwa sejarah, terutama sejarah umat Tuhan, bukanlah sekadar urutan peristiwa, melainkan sarana untuk memahami rencana dan kedaulatan Tuhan yang terus bekerja di tengah-tengah umat manusia.