Kerajaan Yehuda Di bawah Pemerintahan yang Benar Fokus pada Kebenaran dan Ketaatan

Ilustrasi: Simbol kemakmuran dan bimbingan ilahi.

2 Raja-Raja 18:1

"Pada tahun yang ketiga belas dari pemerintahan Hosea bin Ela atas Israel, mulailah Hizkia menjadi raja. Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan memerintah tujuh belas tahun lamanya di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abiya, anak Zakharia."

Awal Pemerintahan Hizkia: Era Harapan Baru

Kitab 2 Raja-Raja pasal 18 dibuka dengan pengenalan mengenai sosok Hizkia, seorang raja yang kelak akan dikenang sebagai salah satu penguasa Yehuda yang paling saleh dan reformis. Ayat pertama ini memberikan gambaran singkat tentang awal perjalanannya memimpin kerajaan Yehuda. Disebutkan bahwa Hizkia naik takhta pada tahun ketiga belas pemerintahan Hosea di kerajaan utara, Israel. Ini menandakan sebuah transisi penting dalam sejarah kedua kerajaan yang seringkali terpecah belah.

Usia Hizkia saat memulai pemerintahannya, yaitu dua puluh lima tahun, menunjukkan bahwa ia telah mencapai kedewasaan dan siap untuk memikul tanggung jawab besar sebagai pemimpin. Masa pemerintahannya yang berlangsung selama tujuh belas tahun di Yerusalem kemudian menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting, baik dalam ranah keagamaan, politik, maupun militer.

Konteks Sejarah: Kebutuhan akan Pemimpin yang Teguh

Penting untuk memahami konteks sejarah di mana Hizkia mulai memerintah. Kerajaan Israel utara saat itu berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Di bawah pemerintahan Hosea, Israel semakin terjerumus dalam kemurtadan dan berada di bawah ancaman dari Kerajaan Asiria yang sedang bangkit sebagai kekuatan dominan di Timur Dekat. Sebaliknya, Kerajaan Yehuda selatan, meskipun juga sering menghadapi tantangan dan godaan untuk menyimpang, memiliki potensi untuk bangkit kembali di bawah kepemimpinan yang kuat.

Pengenalan mengenai nama ibunya, Abiya, yang merupakan putri Zakharia, juga memberikan sedikit gambaran latar belakang keluarganya. Meskipun tidak banyak detail yang diberikan mengenai neneknya, ini bisa mengindikasikan adanya garis keturunan yang memiliki peran atau pengaruh dalam sejarah sebelumnya. Namun, fokus utama ayat ini adalah pada dimulainya era pemerintahan Hizkia yang membawa harapan baru bagi Yehuda.

Dampak dan Warisan Pemerintahan Hizkia

Pemerintahan Hizkia tidak hanya ditandai oleh permulaan yang disebutkan dalam ayat ini, tetapi juga oleh reformasi besar-besaran yang ia lakukan. Ia dikenal sebagai raja yang menyingkirkan mezbah-mezbah berhala, menghancurkan tugu-tugu dewa, dan memulihkan ibadah yang benar kepada TUHAN. Tindakan-tindakannya ini bertujuan untuk membersihkan bangsa dari penyembahan berhala yang telah merajalela selama masa pemerintahan ayahnya, raja Ahas, yang dikenal jahat.

Ketaatan Hizkia kepada TUHAN sangat menonjol, yang kemudian membawanya pada masa-masa keberhasilan, termasuk kemenangan melawan invasi Asiria di bawah raja Sanherib. Kisah ini, yang juga tercatat dalam kitab Yesaya, menunjukkan bagaimana kesetiaan seorang pemimpin dapat membawa berkat dan perlindungan ilahi bagi bangsanya. Dengan demikian, 2 Raja-Raja 18:1 bukan sekadar catatan kronologis, tetapi juga menjadi gerbang pembuka menuju kisah tentang kepemimpinan yang berakar pada iman dan membawa pembaruan spiritual bagi Yehuda. Era Hizkia menjadi teladan penting tentang pentingnya ketaatan kepada Tuhan dalam memerintah.