Ayat 2 Raja-raja 18:28 ini merupakan bagian dari percakapan dramatis antara para utusan Sanherib, raja Asyur, dan para pejabat Yehuda. Utusan Sanherib, yang berdiri di tembok Yerusalem, menggunakan bahasa Ibrani untuk menyampaikan ancaman dan ejekan kepada penduduk kota. Mereka berusaha menggoyahkan iman rakyat Yehuda dan Raja Hizkia dengan meremehkan kepercayaan mereka kepada TUHAN.
Dalam konteks historisnya, Asyur adalah kekuatan militer yang luar biasa pada masanya. Mereka telah menaklukkan banyak bangsa dan kota-kota kuat lainnya. Para utusan Sanherib memanfaatkan ketakutan alami yang timbul dari kehadiran pasukan Asyur yang besar dan ancaman yang begitu nyata. Mereka mencoba meyakinkan orang-orang Yehuda bahwa keyakinan mereka pada TUHAN adalah sebuah kebodohan belaka, apalagi jika dibandingkan dengan dewa-dewa bangsa lain yang telah takluk kepada Asyur.
Perkataan para utusan, "Lihatlah, janganlah kamu mendengarkan Hizkia, sebab beginilah katanya: TUHAN pasti akan melepaskan kita!" adalah sebuah bentuk propaganda yang cerdik sekaligus keji. Mereka tidak hanya berusaha merendahkan Hizkia, tetapi juga secara langsung merendahkan firman dan janji TUHAN. Mereka menggunakan kata-kata Hizkia sendiri, yang penuh keyakinan akan pertolongan ilahi, sebagai senjata untuk menabur keraguan.
Namun, di balik ancaman dan ejekan tersebut, ayat ini justru menyoroti kekuatan iman yang mendalam. Hizkia, sebagai raja yang saleh, telah mengajarkan rakyatnya untuk bersandar pada TUHAN dalam menghadapi kesulitan. Ketika musuh datang dengan kekuatan militer yang mengerikan, respons Hizkia bukanlah keputusasaan, melainkan keyakinan bahwa TUHAN-lah sumber pertolongan sejati. Ia mengorganisir pertahanan, memperbaiki saluran air, dan yang terpenting, menanamkan semangat keberanian yang didasarkan pada iman.
Kutipan ini menjadi pengingat penting bagi kita bahwa dalam hidup ini, kita seringkali dihadapkan pada situasi yang membuat kita ragu. Ada suara-suara keraguan yang datang dari luar, bahkan terkadang dari dalam diri kita sendiri, yang mencoba membuat kita meninggalkan kepercayaan kita. Suara-suara itu mungkin meyakinkan, menggunakan logika duniawi, atau menyoroti betapa besarnya masalah yang kita hadapi. Sama seperti para utusan Sanherib, suara-suara ini seringkali mencoba membuat kita berkata, "Mengapa kita harus percaya pada sesuatu yang tidak terlihat, ketika kenyataan di depan mata begitu mengerikan?"
Namun, pelajaran dari 2 Raja-raja 18:28 adalah untuk tidak membiarkan suara keraguan mengalahkan keyakinan kita. Perkataan Hizkia, "TUHAN pasti akan melepaskan kita!", adalah pernyataan iman yang teguh. Ini bukan semata-mata harapan kosong, tetapi keyakinan yang didasarkan pada pengalaman umat Allah sebelumnya dengan TUHAN yang Mahakuasa. TUHAN adalah pelindung dan penyelamat umat-Nya. Meskipun musuh terlihat kuat, pada akhirnya, kekuatan ilahi jauh melampaui kekuatan manusia.
Dalam kehidupan pribadi kita, saat menghadapi tantangan kesehatan, kesulitan finansial, atau pergumulan lainnya, kita mungkin mendengar bisikan keraguan. Namun, marilah kita memilih untuk mendengarkan firman TUHAN dan mempercayai janji-Nya. Sebagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepada umat-Nya di masa lalu, Dia juga mampu dan bersedia untuk memberikan kekuatan dan pertolongan kepada kita. Kunci utamanya adalah tetap berpegang teguh pada iman, meskipun badai menerpa.