2 Raja-raja 18:35 - Kedaulatan Allah yang Tak Tertandingi

"Atau siapakah dari segala dewa bangsa-bangsa lain yang telah menyelamatkan bangsanya dari tanganku? Dapatkah dewa-dewa mereka menyelamatkan Samaria dari tanganku?"
YAHWEH

Firman Tuhan dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 18 ayat 35, yang diucapkan oleh Sanherib, raja Asyur, merupakan sebuah tantangan yang menggemparkan dan menyombongkan diri. Kata-kata ini bukanlah teriakan kemenangan belaka, melainkan sebuah proklamasi ketidakpercayaan terhadap kuasa ilahi yang dianut oleh bangsa Israel. Sanherib, dengan segala kekuatannya yang tampak di dunia, menantang Dewa Israel, Yahweh, untuk menunjukkan kehebatannya dan membandingkannya dengan dewa-dewa bangsa lain yang telah ia taklukkan. Ia merasa bahwa dewa-dewa tersebut tidak mampu menyelamatkan umat mereka dari tangan Asyur, dan ia meragukan bahwa Yahweh akan berbeda.

Namun, di balik kesombongan Sanherib, tersirat sebuah kebenaran yang dalam. Pertanyaan retorisnya sebenarnya menggarisbawahi satu fakta yang sangat penting: Yahweh adalah Tuhan yang tidak tertandingi. Sejarah bangsa-bangsa telah menyaksikan kejatuhan kerajaan-kerajaan besar dan terpecahnya imperium-imperium kuat. Namun, umat yang setia kepada Yahweh, meskipun sering kali berada di bawah tekanan dan ancaman, selalu menemukan cara untuk bertahan. Ini bukan karena kekuatan manusiawi semata, melainkan karena campur tangan dan pemeliharaan Tuhan yang luar biasa.

Konteks ayat ini adalah masa ketika Kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan Raja Hizkia sedang menghadapi ancaman invasi dari Kerajaan Asyur yang dipimpin oleh Sanherib. Sanherib telah berhasil menaklukkan banyak kota dan bangsa, termasuk Samaria, ibu kota Kerajaan Israel Utara. Dengan penuh keyakinan akan keperkasaannya, ia mengirim utusan untuk menakut-nakuti Hizkia dan rakyat Yerusalem, meremehkan kuasa Yahweh yang mereka sembah. Sanherib membandingkan Yahweh dengan dewa-dewa asing yang ia anggap lemah dan tidak berdaya.

Faktanya, sejarah mencatat bahwa dewa-dewa bangsa lain memang tidak mampu menyelamatkan mereka dari kuasa Asyur. Mereka adalah berhala, ciptaan tangan manusia, yang tidak memiliki kekuatan nyata. Di sisi lain, Yahweh adalah Pencipta langit dan bumi, Sang Mahakuasa. Meskipun Israel sering kali jatuh dalam dosa dan menghadapi konsekuensi, Yahweh tetap setia pada perjanjian-Nya dan menunjukkan kasih karunia serta pemulihan di waktu yang tepat. Pertanyaan Sanherib, yang dimaksudkan untuk merendahkan, justru menjadi kesaksian akan keagungan Yahweh.

Kedaulatan Allah yang digambarkan dalam ayat ini melampaui segala pemahaman manusiawi. Dia bukan sekadar salah satu dewa di antara banyak dewa, melainkan satu-satunya Tuhan yang benar. Kedaulatan-Nya mencakup seluruh alam semesta, dan tidak ada kekuatan, baik manusiawi maupun ilahi palsu, yang dapat menandingi atau mengalahkannya. Pertanyaan Sanherib justru memperlihatkan ketidaktahuan dan kebutaan rohaninya. Ia tidak dapat melihat bahwa kekalahan bangsa-bangsa lain bukanlah karena kelemahan dewa-dewa mereka, melainkan karena mereka menyembah yang bukan Tuhan.

Dalam menghadapi tantangan hidup, ketika kita mungkin mendengar keraguan atau cibiran terhadap iman kita, ingatlah firman ini. Kedaulatan Allah adalah sumber kekuatan dan pengharapan kita. Dia adalah Tuhan yang telah dan akan selalu menyelamatkan umat-Nya dari berbagai kesulitan dan ancaman. Pertanyaan Sanherib menjadi pengingat bahwa hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, satu Tuhan yang berkuasa atas segalanya, dan Dia adalah Yahweh. Percayalah pada kedaulatan-Nya, maka Anda akan menemukan kedamaian dan kemenangan sejati.