2 Raja-Raja 19:21

"Telah diucapkan orang terhadap Engkau, dicela dan diremehkan, hai anak dara perempuan Sion; di belakangmu ia mengayunkan kepala, hai puteri Yerusalem."

Simbol kebijaksanaan dan perlindungan ilahi.

Ayat 2 Raja-Raja 19:21 menggambarkan puncak ancaman yang dihadapi oleh Kerajaan Yehuda, khususnya Yerusalem, di bawah pemerintahan Raja Hizkia. Bangsa Asyur, yang dipimpin oleh Sanherib, telah mencapai ambang pintu kota, menebar teror dan penghinaan. Pesan yang dibawa oleh utusan Sanherib bukanlah sekadar ancaman militer, melainkan juga penghinaan spiritual dan peremehan terhadap Allah Israel.

Dalam ayat ini, Yerusalem digambarkan sebagai "anak dara perempuan Sion," sebuah citra yang menekankan kepolosan, kerentanan, dan statusnya sebagai kota yang dikuduskan. Namun, di hadapan kekuatan Asyur yang brutal, kota ini dicela, diremehkan, dan diolok-olok. Sanherib dengan congkak menyatakan bahwa dewa-dewa bangsa-bangsa lain yang telah ditaklukkannya tidak mampu melindungi mereka dari tangannya. Ia meragukan kemampuan Yahweh, Allah Israel, untuk melakukan hal yang sama.

Penghinaan ini tidak hanya ditujukan kepada kota dan penduduknya, tetapi secara langsung kepada Allah mereka. Sanherib mencoba menggoyahkan iman Hizkia dan rakyatnya, membuat mereka percaya bahwa Allah mereka telah meninggalkan mereka atau tidak sekuat dewa-dewa Asyur. Tindakan "mengayunkan kepala" di belakang kota melambangkan sikap mengejek dan meremehkan, sebuah demonstrasi kekuatan dan superioritas yang mengerikan.

Namun, ayat ini juga menjadi titik balik yang krusial. Hizkia, sebagai raja yang saleh, tidak tinggal diam. Ia membawa persoalan ini ke hadapan TUHAN. Ia merobek pakaiannya, mengenakan kain kabung, dan pergi ke Rumah TUHAN. Di sana, ia berdoa, bukan dengan kemarahan atau kepanikan, tetapi dengan kerendahan hati dan penyerahan diri. Doa Hizkia (yang dicatat dalam ayat-ayat berikutnya) berfokus pada kemuliaan Allah, mempertanyakan bagaimana Allah akan dihormati jika musuh-Nya menghina-Nya tanpa hukuman.

Jawaban dari Allah datang melalui Nabi Yesaya. TUHAN mendengar doa Hizkia dan mengetahui niat Sanherib yang sebenarnya. Allah berjanji akan campur tangan dan melindungi Yerusalem. Kedaulatan Allah ditegaskan kembali; Sanherib hanyalah alat di tangan-Nya, tetapi ia telah melampaui batas yang ditetapkan.

Kisah 2 Raja-Raja 19:21 hingga akhir pasal mengajarkan pelajaran penting tentang iman dalam menghadapi kesulitan yang luar biasa. Ketika menghadapi penghinaan, penolakan, dan ancaman yang tampaknya tidak dapat diatasi, respons yang paling efektif adalah membawa persoalan tersebut kepada Allah. Penghinaan terhadap umat-Nya adalah penghinaan terhadap diri-Nya sendiri. Jawaban Allah seringkali tidak datang melalui kekuatan manusia, tetapi melalui intervensi ilahi yang menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa meskipun musuh mungkin mencela dan meremehkan, Allah berkuasa untuk membela umat-Nya dan menegakkan kehormatan-Nya.