Lalu para nabi yang di Betel datang kepada Elisa dan berkata kepadanya: "Tahukah engkau, bahwa pada hari ini TUHAN akan mengambil tuanmu dari atasmu? Jawab Elisa: "Aku juga mengetahuinya, diamlah."
Ayat 2 Raja-Raja 2: 3 mencatat momen krusial dalam sejarah Israel, sebuah transisi kepemimpinan yang sarat dengan kekuatan ilahi. Pada hari itu, para nabi di Betel mendekati Elisa, hamba setia Nabi Elia. Mereka mengajukan pertanyaan yang begitu mendalam, "Tahukah engkau, bahwa pada hari ini TUHAN akan mengambil tuanmu dari atasmu?" Pertanyaan ini bukan sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah pengakuan akan kebesaran peristiwa yang akan terjadi, sebuah pengangkatan yang luar biasa dari seorang nabi besar.
Jawaban Elisa, "Aku juga mengetahuinya, diamlah," adalah pernyataan iman dan ketenangan yang luar biasa. Sementara orang lain menyadari dan mungkin bergumul dengan berita ini, Elisa justru menunjukkan keteguhan hati. Ia tidak terkejut atau tergoncang. Ini menunjukkan kedekatan dan pemahamannya yang mendalam terhadap panggilan dan tujuan ilahi Elia. Elisa telah berjalan bersama Elia, menyaksikan banyak mukjizat, dan memahami bahwa akhir dari pelayanan Elia di bumi bukanlah akhir dari kuasa Allah, melainkan sebuah gerbang menuju manifestasi kuasa yang baru. Kata "diamlah" bukan berarti ia tidak peduli, melainkan sebuah ajakan kepada orang lain untuk merenungkan, menghormati, dan menerima kehendak Tuhan tanpa keraguan atau protes.
Konteks dari ayat ini adalah pada akhir pelayanan Elia. Allah telah memutuskan untuk mengangkat Elia ke surga dalam sebuah keretapi berapi dan kuda berapi, sebuah peristiwa yang menjadi simbol keagungan dan kuasa ilahi. Elia, yang telah melayani dengan setia dan berani, dipersiapkan untuk menerima upah kekal. Elisa, yang telah mengikutinya dengan setia, diharapkan untuk mewarisi roh dan tugas kenabian Elia. Percakapan ini terjadi sebelum peristiwa pengangkatan itu sendiri, menegaskan bahwa bahkan sebelum kejadian spektakuler itu terjadi, kebenaran ilahi telah diwahyukan dan diketahui oleh mereka yang dekat dengan kehendak Tuhan.
Ayat 2 Raja-Raja 2: 3 menjadi dasar untuk memahami keberanian dan kesiapan Elisa. Ketenangannya di tengah berita monumental menunjukkan bahwa ia telah mempersiapkan dirinya secara rohani dan emosional. Ia tidak mencari keuntungan pribadi dari kepergian tuannya, melainkan siap untuk melanjutkan tugas yang dipercayakan kepadanya. Ini mengajarkan kita pentingnya kesadaran rohani, persiapan diri, dan penerimaan terhadap rencana Tuhan, bahkan ketika rencana itu melibatkan perubahan besar atau perpisahan. Peristiwa ini juga menegaskan keilahian TUHAN yang berdaulat atas kehidupan dan kematian, serta kemampuan-Nya untuk memindahkan hamba-Nya ke tingkat pelayanan yang berbeda.
Kisah Elia dan Elisa, yang dimulai dengan ayat ini, terus menginspirasi iman. Pesan utamanya adalah bahwa meskipun para pemimpin besar mungkin pergi, kuasa dan kehadiran Tuhan tetap ada, siap untuk bekerja melalui mereka yang setia dan mau dipimpin. Keberanian Elisa untuk mengatakan bahwa ia tahu, dan ajakannya untuk diam, adalah pelajaran berharga bagi setiap orang yang ingin memahami dan berjalan bersama Tuhan.
Untuk memahami lebih lanjut tentang peristiwa ini, Anda dapat membaca keseluruhan pasal 2 dari Kitab 2 Raja-Raja.