2 Raja-raja 20:12

2 Raja-raja 20:12 - Pertanda Kehidupan Baru

"Ketika itu, ketika Hizkia mendengar perkataan Merodakh-Baladan, anak Baladan, raja Babel, yang menyuruh orang membawa surat dan pesan kepadanya, bahwa ia telah sakit, lalu sembuh,
maka ia membuka istananya, memamerkan segala harta bendanya yang berharga, emas dan perak, rempah-rempah, minyak yang istimewa, segala perkakasannya dan segala yang ada di gudang-gudangnya.
Semua yang ada diistana-Nya dan di seluruh kerajaannya diperlihatkan oleh Hizkia."

Ayat dari kitab 2 Raja-raja ini menceritakan sebuah momen penting dalam kehidupan Raja Hizkia dan juga Kerajaan Yehuda. Setelah Hizkia sembuh dari sakitnya yang parah, ia menerima utusan dari Raja Merodakh-Baladan dari Babel. Momen ini bukan sekadar pertukaran diplomatik biasa, melainkan sebuah peristiwa yang sarat makna, terutama dalam konteks sejarah dan keagamaan.

Kisah ini dimulai dengan kabar sakitnya Hizkia. Dalam banyak budaya kuno, penyakit yang mengancam jiwa adalah sebuah cobaan besar. Hizkia, seperti yang dicatat dalam kitab yang sama (dan juga Yesaya), berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan Tuhan menjawab doanya dengan memberikan kesembuhan. Kesembuhan ini adalah sebuah anugerah yang luar biasa, sebuah tanda kemurahan Tuhan yang diperbarui. Namun, respons Hizkia setelah kesembuhannya adalah inti dari catatan ini.

Ketika utusan dari Babel datang, tujuannya tampaknya adalah untuk mengucapkan selamat atas kesembuhan Hizkia. Namun, niat yang lebih dalam mungkin adalah untuk menjalin aliansi atau mengukur kekuatan Yehuda. Dalam situasi inilah Hizkia membuat sebuah keputusan yang kelak akan membawa konsekuensi. Alih-alih hanya menyambut utusan tersebut dengan sopan, Hizkia memutuskan untuk "membuka istananya, memamerkan segala harta bendanya yang berharga." Ini mencakup emas, perak, rempah-rempah, minyak istimewa, serta semua barang berharga dan gudang-gudang yang dimilikinya.

Tindakan ini dapat diinterpretasikan dalam beberapa cara. Di satu sisi, mungkin Hizkia ingin menunjukkan kemakmuran dan kekuatan kerajaannya kepada bangsa asing, sebagai bentuk kebanggaan dan wibawa. Ia ingin memberikan kesan yang kuat tentang seberapa kaya dan penting Yehuda di mata dunia. Ini adalah sikap yang manusiawi, untuk memperlihatkan hasil dari anugerah dan kerja keras. Namun, di sisi lain, tindakan ini juga berpotensi disalahpahami sebagai kesombongan atau ketergantungan pada kekayaan duniawi, bukannya bersandar pada Tuhan yang telah memberikannya kesembuhan.

Babel pada masa itu adalah sebuah kekuatan yang sedang bangkit di Mesopotamia. Hubungan dengan mereka bisa sangat menguntungkan, tetapi juga sangat berbahaya. Dengan memamerkan kekayaan, Hizkia mungkin berharap untuk menarik perhatian dan rasa hormat, namun hal ini juga bisa mengundang iri, keinginan untuk menguasai, atau bahkan kecurigaan dari kekuatan lain. Nasihat dari Nabi Yesaya yang kemudian datang (dan tidak dicatat dalam ayat ini, namun terkait erat) menunjukkan bahwa tindakan Hizkia ini akhirnya membawa teguran dari Tuhan karena ia telah menunjukkan "segala yang ada diistana-Nya" kepada orang asing.

Kisah 2 Raja-raja 20:12 memberikan pelajaran berharga tentang cara kita merespons berkat dan anugerah Tuhan. Kesembuhan, kemakmuran, dan segala keberhasilan dalam hidup adalah karunia yang patut disyukuri. Namun, bagaimana kita memperlakukannya dan bagaimana kita memamerkannya kepada dunia dapat menunjukkan di mana hati kita sesungguhnya tertuju. Apakah kita memuliakan sumber segala kebaikan, ataukah kita memuliakan diri sendiri dan apa yang kita miliki? Ini adalah pertanyaan penting yang relevan hingga hari ini.

Kisah Hizkia mengingatkan kita untuk selalu menjaga kerendahan hati dan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Pameran harta benda yang dilakukan Hizkia, meskipun mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan, akhirnya dapat menjadi awal dari masalah di masa depan bagi Yehuda. Penting untuk diingat bahwa anugerah terbesar adalah hubungan kita dengan Tuhan, bukan harta benda yang kita miliki.