Ayat dari Kitab 2 Raja-raja pasal 20, ayat 15, ini menceritakan sebuah momen krusial dalam pemerintahan Raja Hizkia dari Yehuda. Peristiwa ini terjadi setelah Hizkia sembuh dari penyakitnya yang mengancam jiwa, sebuah kesembuhan ajaib yang dikabulkan Allah atas doanya. Setelah kabar kesembuhannya tersiar, utusan dari Babel, yang dipimpin oleh Merodakh-Baladan, datang untuk memberikan selamat dan menjalin hubungan diplomatik. Merodakh-Baladan, yang baru saja merebut kekuasaan di Babel, ingin mempelajari lebih lanjut tentang kerajaan Yehuda dan raja yang baru saja diselamatkan dari ambang kematian.
Dalam konteks ini, Hizkia, yang mungkin masih merasakan sukacita atas anugerah kesembuhan dan ingin menunjukkan kemakmuran kerajaannya, dengan bangga memperlihatkan kepada para utusan segala sesuatu yang ada di istananya. Ia menunjukkan perbendaharaannya, semua harta kekayaan yang telah dikumpulkan, bahkan semua perlengkapan perang dan segala sesuatu yang berharga. Yesaya, nabi Allah, yang menyaksikan kejadian ini, kemudian mengajukan pertanyaan yang sangat penting, "Apakah yang dilihat mereka di istanamu?" Pertanyaan ini bukan sekadar pertanyaan biasa, melainkan sebuah ujian atau refleksi atas tindakan Hizkia.
Jawaban Hizkia, "Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat; tidak ada suatu pun di perbendaharanku yang tidak kulihatkan kepada mereka," menunjukkan betapa luasnya ia telah membuka segalanya. Ia tidak menyembunyikan apapun. Namun, di sinilah letak hikmah yang tersembunyi. Sebagian besar perbendaharaan yang ia pamerkan adalah hasil dari kebijakan politiknya dalam menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain, termasuk melalui kekayaan yang ia peroleh dari persekutuan atau bahkan upeti. Keterbukaan ini, meskipun mungkin didorong oleh niat baik untuk menunjukkan kekuatan dan kemakmuran, memiliki konsekuensi yang tidak disadari oleh Hizkia.
Yesaya, yang melihat lebih dalam, kemudian menyampaikan firman Allah yang menyatakan bahwa semua yang ia tunjukkan itu, pada akhirnya, akan dibawa ke Babel. Ini adalah nubuat yang sangat serius, menandakan bahwa persekutuan dengan bangsa-bangsa asing, terutama kekuatan seperti Babel, pada akhirnya akan membawa kehancuran bagi Yehuda. Tindakan Hizkia untuk memamerkan kekayaan dan segala kemegahannya di hadapan utusan asing, justru menjadi pemicu bagi kehancuran masa depan. Nubuat ini adalah peringatan keras tentang bahaya kesombongan, ketergantungan pada kekuatan duniawi, dan bersekutu dengan pihak-pihak yang pada akhirnya akan menjadi musuh. Kisah ini menjadi pengingat abadi bagi kita untuk senantiasa mengutamakan Allah di atas segala harta dan kekuatan duniawi, serta berhati-hati dalam menjalin hubungan yang dapat membawa kita menjauh dari jalan-Nya.