Ayat pembuka dari kitab 2 Raja-raja pasal 21 ini memperkenalkan kita pada sosok Raja Manasye, yang memulai pemerintahannya di Yehuda pada usia yang sangat muda, dua belas tahun. Masa pemerintahannya yang panjang, yaitu lima puluh lima tahun di Yerusalem, menjadikannya salah satu raja terlama dalam sejarah Israel. Angka ini sendiri memberikan gambaran tentang sebuah era yang signifikan dalam pembentukan kerajaan.
Namun, apa yang diungkapkan oleh ayat ini lebih dari sekadar statistik. Ayat ini adalah titik awal untuk memahami perjalanan spiritual dan kepemimpinan yang akan kita telusuri lebih lanjut dalam pasal-pasal berikutnya. Usia muda saat naik takhta seringkali menjadi masa di mana seorang pemimpin masih rentan terhadap pengaruh luar, baik yang baik maupun yang buruk. Ini adalah periode krusial untuk pembentukan karakter dan arah pemerintahan.
Sejarah mencatat bahwa pemerintahan Manasye adalah salah satu periode tergelap dalam sejarah Yehuda. Meskipun memulai pemerintahannya di usia muda, tindakan-tindakannya di kemudian hari sangat jauh dari standar kesetiaan kepada Allah. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mengikuti kebaktian berhala-berhala yang menjijikkan dari bangsa-bangsa yang diusir oleh TUHAN dari depan orang Israel. Ia mendirikan mezbah-mezbah untuk Baal, membuat patung dewi Asyera, dan menyembah seluruh bala tentara langit, bahkan mempersembahkan anaknya di api, membangun mezbah di kedua pelataran rumah TUHAN.
Kisah Manasye ini mengingatkan kita bahwa panjang umur dan usia muda saat memulai sebuah tanggung jawab tidak secara otomatis menjamin sebuah kepemimpinan yang saleh atau membawa berkat. Sebaliknya, pilihan pribadi dan keputusan moral yang dibuat sepanjang hiduplah yang akan menentukan warisan seseorang. Ayat 2 Raja-raja 21:1 berfungsi sebagai fondasi naratif, mengundang kita untuk merenungkan bagaimana sebuah kehidupan bisa berawal dengan potensi yang besar, namun berbelok ke jalan yang sangat berbeda. Ini adalah pengingat bahwa setiap individu, termasuk para pemimpin, memiliki kebebasan untuk memilih jalan mereka, dan setiap pilihan memiliki konsekuensi.
Pemerintahan yang berlangsung selama lima setengah dekade memberikan cukup waktu bagi keputusan-keputusan Manasye untuk meresap ke dalam tatanan sosial dan spiritual bangsa. Pengaruhnya yang bertahan lama adalah bukti dari dampak yang bisa ditimbulkan oleh seorang pemimpin, baik positif maupun negatif. Ayat ini, meskipun singkat, membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang jatuh bangunnya iman dan ketidaktaatan dalam sejarah umat pilihan.